Hardiknas 2020 : Bagaimana Kondisi Pendidikan dari Timur Indonesia ?

Biak, Papua - 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional atau disingkat Hardiknas, sebuah gebrakan yang dilakukan oleh pejuang pendidikan di zaman dahulu. 
Suasana belajar saat kegiatan sosial

Peringatan tersebut bertepatan dengan ulang tahun Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, tepatnya lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Peringatan Hardiknas ditetapkan setelah adanya Surat Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959.

Dikutip dari berbagai sumber bahwa beliau pelopor berdirinya Perguruan Taman Siswa sebagai tempat bagi pribumi untuk mendapat pendidikan yang layak karena pada zaman itu pendidikan formal hanya untuk keturunan Belanda dan orang kaya. Ini pula yang menjadi cikal bakal terbentuknya lembaga pendidikan di Indonesia.

Kata-kata bijak dari Bapak Ki Hajar yang paling Kita sering dengar pastilah "Ing ngarso sun tulodo, Ing Madyo mangun karso, Tut wuri Handayani" yang memili arti "Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, dibelakang memberi dorongan". Harapannya ini menjadi pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tenaga pendidik bukan hanya memberikan Ilmu, tetapi juga menjadi teladan, memberi bimbingan dan dorongan kepada peserta didik. 

2020... Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia, khususnya yang ada di Indonesia bagian timur ?

Saat ini saya tinggal di Indonesia bagian timur, tepatnya di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Tahun 2020, memasuki tahun ke 4 Saya berdomisili di Biak. Kebetulan saya pernah ikut salah satu komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan, kegiatannya seperti sosial mengajar sambil jalan-jalan di daerah pedalaman. Jadi setidaknya saya bisa melihat lebih dekat dan merasakan langsung kondisi pendidikan yang ada di Indonesia bagian timur. 
Kondisi sekolah (tampak dari luar)

Sebut saja fasilitas yang dimiliki, bisa dikata jauh dari kata memadai. Kondisi bangunan, sebagain besar sudah permanen dari beton, tetapi ada beberapa sekolah yang jumlan ruangan kelas tidak sesuai dengan jumlah kelas alias kurang. Bagian dari ruang kelas, seperti plafon yang bocor, dinding yang terkelupas, lantai yang tidak mulus. Isi dari kelas, seperti bangku dan kursi yang kurang dan kondisi yang tidak layak pakai. Fasilitas pendukung lainnya, seperti perpustakaan dan kamar mandi yang tidak layak.

Belum berbicara sumber daya, beberapa sekolah memiliki tenaga pendidik yang masih kurang. Seperti di salah satu SD dengan jumlah murid 79 hanya memiliki 3 guru itupun sudah termasuk kepala sekolah. Bagaimana dengan kondisi peserta didik itu sendiri. Nah ada beberapa murid yang sudah duduk di kelas yang harusnya sudah bisa membaca, tetapi belum bisa bahkan ada yang SMA tapi belum lancar membaca.
Kondisi sekolah (tampak di dalam)

Itu sedikit mengenai kondisi pendidikan yang saya pernah liat secara langsung. Nah bagaimana dengan kondisi sekarang ini, di tengah pandemi Covid-19 yang mengharuskan siswa belajar dari rumah secara online ??? Apakah bisa diterapkan di seluruh Indonesia, khususnya di Indonesia bagian timur ? Mustahil untuk bisa diterapkan saat sekarang ini, sebagian daerah ataupun sekolah belum bisa memberlakukan. Boro-boro signal internet, listrik saja belum ada.

Tapi ini tidak bisa di generalisasi karena ada juga kok sekolah yang sudah memadai apalagi yang berada di kota.

Jadi perlu diperhatikan dan pertimbangan kondisi yang ada sekarang ini untuk mengambil langkah yang tepat untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik. Bisa saja pemertaan fasilitas dan sumber daya manusia di seluruh Indonesia. Tapi perlu diingat juga bahwa kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan, bukan hanya dari pemerintah maupun tenaga pendidik, tetapi orang tua dan masyarakat umum dibutuhkan dalam memajukan pendidikan.

Kata mereka........

"Secara menyeluruh masih kurang baik dari SDM, seperti siswa dan guru. Siswa belum bisa untuk belajar mandiri, disamping itu guru kurang sadar untuk mengembangkan diri dalam penerapan iptek. Perlu dukungan pemerintah dalam hal sarana prasarana, termasuk perlu pemerataan media belajar serta guru. Pada dasarnya anak-anak di pedalaman memiliki semangat untuk belajar hanya terkendala banyak hal" @ichakirsta (Guru SMA).

"Sangat memprihatinkan, beberapa sekolah memiliki sarpras yang belum memadai seperti ruangan kelas, perpustakaan dan buku, termasuk kekurangan guru yang mendidik murid yang jumlahnya banyak. Banyak anak-anak pada usia SMP yang belum bisa membaca bahkan mengenal huruf. Kondisi ini akan berdampak saat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA di kota, mereka akan minder pada akhirnya mereka lebih memilih untuk berhenti/putus sekolah. Disamping itu, kesadaran dari orang tua yang masih kurang mengenai pendidikan, sehingga anak-anak dibiarkan saja. Satu hal lagi terkait pembelajaran online, perlu diketahui masih banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas listrik dan internet. Sehingga dalam mengambil kebijakan, tidak hanya berpatokan pada daerah-daerah yang sudah memiliki fasilitas yang memadai. Perlu turun ke lapangan untuk melihat secara langsung situasi yang ada sehingga kebijakan yang diambil tidak memihak dan bisa diterapkan di semua wilayah" @ayyubalfariqh (Guru SD).

"Pendidikan di Papua khususnya Biak Numfor yang masuk kategori 3T sangat memprihatinkan. Perlu perhatian khusus dan kesadaran semua pihak mulai dari pemda melalui Dinas Pendidikan, pihak sekolah dan orang tua siswa bahwa pendidikan merupakan masa depan bersama. Kesejahteraan guru perlu ditingatkan. Pendidikan akan baik jika guru sejahtera. Kelengkapan bangunan, laboratorium, perpustakaan, sanitasi, perahu bagi yang di pulau sebagaimana bus sekolah yang di daratan. Output dari pendidikan dasar masih sangat rendah, bahkan hingga SMP belum bisa baca tulis" @riant_harianto_rosalez (Guru Garis Depan)

Selamat Hari Pendidikan Nasional
Terima kasih untuk pejuang pendidikan


"Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah" Ki Hajar Dewantara

Post a Comment

0 Comments