Menginjakkan Kaki di Danau Kelimutu


Sekitar pukul 04.20 dini hari, dengan menggunakan motor yang sudah dirental kemarin, saya dibonceng Kevin menuju ke arah Danau Kelimutu. Hari masih gelap, jalanan masih sepi dan cuaca sedikit mendung ditambah udara dingin menjadi teman dalam perjalanan kami. Tapi itu tidak menyurutkan niat kami, motor tetap melaju dengan mantap.
Danau Kelimutu

Perjalanan sekitar 2 jam-an dan hari masih gelap, kami pun tiba di pintu gerbang Danau Kelimutu. Membayar tiket masuk. Tarif tiket masuk pada hari kerja untuk wisatawan domestik Rp. 5.000/orang dan tiket Roda 2 Rp. 5.000/kendaraan. Tarif masuk untuk wisatawan pun berbeda harus merogoh kocek Rp. 150.000/orang. Kendaraan roda 4 Rp. 10.000/kendaraan dan kendaraan roda 6 Rp. 50.000/kendaraan. Saya sempat melihat buku tamu, tertulis sudah ada beberapa wisatawan yang berkunjung saat itu juga yang lebih duluan tiba, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Setelah pembayaran selesai, kami pun kembali tancap gas.

Butuh waktu sekitar beberapa menit dari pintu gerbang menuju parkiran. Ditempat ini terdapat beberapa warung yang dikelola oleh masyarakat.  Terlihat sudah ada beberapa kendaraan yang parkir, baik roda dua maupun roda empat. Dari parkiran, kami melanjutkan dengan berjalan kaki. Menaiki beberapa anak tangga beton dan berjalan di atas tanah yang masih alami. Tak usah khawatir untuk trekking dalam kondisi gelap, karena rute trekking sudah dilengkapi lampu sepanjang jalan, walaupun tidak begitu terang dan tidak semua sudut tetapi cukup membantu untuk jalan.
Pintu Gerbang Danau Kelimutu

Trekking sekitar 30 menit… Mungkin karena maih gelap atau karena menikmati perjalanan sehingga tak terasa kami pun tiba di Danau Kelimutu. Tetap masih dalam kondisi yang cukup gelap. Berbekal senter handphone kami pun melangkahkan kaki di setiap anak tangga.

Sekilas tentang Danau Kelimutu. Danau Kelimutu terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.  Danau ini memiliki 3 kawah dengan warna dan pastinya nama yang berbeda. Kawah pertama sekaligus yang pertama kita jumpai, bernama Tiwu Ata Polo berwarna hijau toska; Kawah kedua bernama Tiwu Nua Muri Koo Fai, berwarna hijau, dan kawah ketiga bernama Tiwu Atu Mbupu yang berwarna hijau gelap. Warna yang kami jumpai saat berkunjung dan warna ini bisa berubah sewaktu-waktu.
Masih subuh tiba di Danau Kelimutu

Di balik nama-nama tersebut tersemat kepercayaan masyarakat terkait ketiga kawah tersebut. Masyarakat percaya bahwa Kelimutu adalah tempat peristirahatan terakhir untuk para arwah-arwah, tempat dimana semua jiwa kembali setelah perjalanan hidup berakhir. Di Kelimutu semua jiwa akan bertemu dengan Konso Ratu, Sang Penjaga Pintu. Setelah itu, arwah akan berpisah sesuai dengan perbuatan masing-masing. Tiwu Ata Polo disebut juga Danau Orang Jahat, kawah yang diyakini sebagai tempat roh-roh jahat yang akan dihukum dengan siksaan selamanya. Tiwu Nawa Muri Koo Fai atau Danau Muda-Mudi, kawah untuk roh-roh muda-mudi bersemayam. Tiwu Ata Mbupu (Danau Orang Tua), sebagai tempat roh leluhur bersemayam dan arwah yang biak (hanya melakukan hal-hal baik) akan menemukan kedamaian. Setiap tahu, sebelum hari kemerdekaan Indonesia masyarakat Kelimutu datang bersama untuk merayakan ritual Puti Ka untuk mengungkapkan rasa syukur atas tahun lalu melalui doa dan meminta berkah, kesejahteraan, kesehatan dan kehidupan yang baik untuk tahun mendatang.

Penjelasan ilmiah terkait terbentuknya Danau Kelimutu karena adanya letusan gunung vulkanik. Untuk perubahan warna sendiri terkait sumber gas vulkanik yang sama, tetapi sebagai akibat dari transportasi gas yang subakuatis sehingga menghasilkan “ekspresi” kimia berbeda di setiap danau. Danau ini memiliki paparan geokimia dan hidrotermal yang unik dan urutan sejarah khusus perubahan warna dikendalikan oleh perubahan kondisi fisik kimia. Oksigen memiliki peran penting dalam perubahan warna danau, ketika oksigen kurang akan terlihat hijau, tetapi ketika banyak akan terlihat merah tua sampai hitam. Selain itu, gas alami lainnya juga mineral seperti suflir memiliki peran dalam perubahan warna tersebut.

Saat berkunjung kesana sudah ada beberapa wisatawan lebih duluan tiba, kebanyakan wisatawan mancanegara. Kami pun menuju Tiwu Ata Polo dan Tiwu Nua Muri Koo Fai, danau ini bersebalahan. Belum terlalu jelas warna yang terlihat karena hari masih gelap dan kabut. Tak bisa melihat lebih dekat karena ada besi pembatas yang tidak boleh dilewati sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keamanan. Selanjutnya kami berjalan dan trekking untuk menuju puncak. Cukup bikin ngos-ngosan.
Tiwu Ata Polo dan Tiwu Nua Muri Koo Fai

Tiwu Atu Mbupu

Tiba di puncak terdapat tugu sekaligus tempat untuk duduk bersantai, menikmati sunrise yang akan muncul, dari puncak ini juga terlihat dibawah kejauhan rumah penduduk. Untuk menambah pengetahuan wisatawan yang datang, pengelola menyediakan papan informasi berupa tulisan tentang Danau Kelimutu.

Nah di belakang puncak inilah terletak satu kawah lagi, yakni Tiwu Atu Mbupu. Disekitar kawah ini terlihat hamparan pohon pinus. Cuaca cukup dingin. Tapi tidak usah khawatir karena disini beberapa masyarakat sekitar yang menjual minuman dan makanan hangat.. Selain itu, mereka juga menjajankan kain tradisional, souvenir dan beberapa hasil bumi lainnya.
Spot untuk melihat Danau Kelimutu dan Menikmati Sunset

Berjalan-jalan, mengambil gambar, menunggu sejenak, menunggu sunrise. Saat sunrise udara dingin akan berlalu digantikan hangatnya sang mentari pagi dan warna danau pun akan semakin terlihat jelas dan indah. Waktu yang tepat untuk kembali mengambil gambar, berpose untuk mengabadikan moment ini, salah satu moment yang akan dikenang dan dirindukan.
Jualan masyarakat lokal

Disini pun saya bertemu dengan 2 orang wisatawan lokal, lupa namanya tetapi mereka dari Jawa. Mereka menggunakan motor dari sampe di Ende. Perjalanan mereka sudah sekitar seminggu dengan motor dan akan melanjutkan perjalanan ke Kupang.

Kami tak berlama-lama disini karena kabut yang datang menyerang. Karena cuaca tidak bersahabat, musim hujan dan angin maka kabut datang lebih awal. Kami bergegas kembali ke Kota Ende. Dalam perjalanan di Danau Kelimutu menuju parkiran kami pun masih sempat mengambil gambar.
Embun Danau Kelimutu

Ini kali pertama menginjakkan kaki di tempat ini di Danau Kelimutu. Rasa senang pasti dan bangga. Yang dulunya hanya bisa melihat pada uang pecahan Rp. 5000 ataupun saat pelajaran cuma dengar. Saat ini akhirnya bisa sampai di Danau Kelimutu. Danau yang memiliki keunikan warna dan kepercayaan masyarakat setempat yang luar biasa. Berharap masih bisa kesini, beberapa kali…

Tips Eksplore Kelimutu :
  1. Berkunjung ke Kelimutu bagusnya saat cuaca lagi bersahabat. Atau kalo mau melihat ritual Puti Ka bisa datang mendekati hari kemerdekaan RI
  2. Menuju Kelimutu dari ada 2 pilihan. Pilihan pertama, berangkat dari Kota Ende ke Danau Kelimutu (sekitar 3 jam) atau menginap di Desa Moni (desa terakhir) dengan harga homestay kisaran Rp. 150.000/malam dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
  3. Baik dari Ende ataupun Moni bisa sewa kendaraan untuk menuju Danau Kelimutu (kisaran harga untuk motor Rp. 100.000/hari)
  4. Persiapkan perlengkapan, seperti baju hangat dan jacket serta celana panjang. Saran pake sepatu yang nyaman untuk trekking, sediakan alat penerang seperti headlamp. Sediakan air mineral karena terdapat jalur trekking yang cukup menguras tenaga dan bikin ngos-ngosan
  5. Berlaku sopan, jaga kelestarian alam. Tetap jadi wisatawan yang bertanggung jawab
  6. Jangan membuang apapun selain waktu, jangan meninggalkan apapun selain jejak dan jangan mengambil apapun selain foto


Budget
Rental Motor Ende – Kelimutu 1 hari Rp. 100.000 (exclude BBM)
Tiket Masuk Kelimutu Rp. 5.000/orang dan Rp. 5.000/motor
Beli Pop Mie Rp. 15.000



Beberapa Dokumentasi Danau Kelimutu













Post a Comment

2 Comments

  1. TRADING ONLINE
    BROKER AMAN TERPERCAYA
    PENARIKAN PALING TERCEPAT
    - Min Deposit 50K
    - Bonus Deposit 10%** T&C Applied
    - Bonus Referral 1% dari hasil profit tanpa turnover

    Daftarkan diri Anda sekarang juga di www.hashtagoption.com

    ReplyDelete