Potret Pendidikan di Perbatasan RI-PNG, TnT #8 1000guru_Papua

TnT #8 1000_guru_papua (Sumber : Tim Dokumentasi TnT)

Bidang pendidikan negara Indonesia memiliki peran yang sangat penting untuk mencetak generasi yang bisa membangun negeri ini. Pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor, seperti sarana dan prasarana, kondisi lingkungan sekolah mendukung dan yang lebih penting adalah semangat dari para penuntut ilmu di sekolah yang harus terus dibangun walaupun dalam keterbatasan. Kita tidak bisa menutup mata, melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini walaupun sudah ada beberapa regulasi yang ditetapkan pemerintah, namun itu tidak secepat kilat mengubah permasalahan pendidikan yang ada.

Bukan hanya pemerintah yang mengambil andil dalam penyelesaian masalah pendidikan. Kita semua memiliki kewajiban untuk melakukan hal-hal yang bisa membantu dan meringankan beban pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan meringankan beban para siswa sebagai objek yang terkena permasalahan tersebut. Sekecil apapun usaha atau kegiatan yang kita lakukan, itu tetap usaha daripada tidak sama sekali. Seperti inilah yang dilakukan komunitas 1000guru. Mereka melihat potret pendidikan yang ada di Indonesia khususnya yang ada di pedalaman dan perbatasan. Turun langsung membantu pendidikan anak-anak dengan melakukan aksi sosial yang nyata. Salah satu program yang dilakukan adalah Traveling and Teaching (TnT). Tak ketinggalan tim region 1000_guru_papua untuk melaksanakan kegiatan ini.
TnT #8


Traveling and Teaching kali ini merupakan  TnT ke 8 yang dilaksanakan 1000_guru_papua. Saya pun berkesempatan untuk turut dalam kegiatan ini sebagai volunteer. TnT ini merupakan TnT yang ketiga saya (sebelumnya ikut TnT #4 dan TnT #5 region 1000_guru_kupang). Setidaknya kami yang suka jalan-jalan, dengan ikut TnT traveling yang kami lakukan bukan traveling biasa. Traveling yang berbeda dan memberikan suatu pengalaman yang tidak terlupakan. Traveling sambil berbagi, berbagi pengetahuan (walaupun minim), berbagi motivasi (walaupun kami juga butuh motivasi), berbagi semangat dan canda tawa (harushehehehe). TnT #8 berkolasi di SDN Mosso, Kota Jayapura, sedangkan traveling di perbatasan RI-PNG.


Sebelumnya saya telah posting tulisan Menuju TnT #8, kali ini kelanjutannya. Beristirahat walaupun cuman beberapa jam setelah technical meeting bagi para volunteer dari luar Kota Jayapura. Subuhnya sekitar pukul 04.30, kami bersiap-siap dan berkumpul di meeting point yang tidak jauh dari tempat saya menginap. Menunggu tim dan volunteer lainnya, semua sudah berkumpul (walapun nanti akan ada yang akan dijemput di pinggir jalan) dengan menggunakan mobil Badan SAR Nasional Jayapura kami pun menuju TnT #8 sekitar pukul 05.00. Karena peserta dan tim ditambah lagi barang bawaan yang lumayan mengambil tempat, sehingga ada yang duduk, ada pula yang berdiri, tetapi kami tetap menikmati. Disinilah keseruan dan seninya traveling dalam jumlah yang banyak…
Tancap gassss

Selama perjalanan setidaknya, kami harus menutup mata dan hidung untuk menghindari debu yang masuk ke dalam mobil. Perjalanan sekitar 2 jam dari meeting point sampai tiba di  pos penjagaan tentara yang menjaga perbatasan. Kami para volunteer (sambil bawa barang-masing) dan beberapa tim diturunkan dari mobil, sedangkan tim lainnya melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah yang akan kami datangi. Dari situ kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tak tau maksudnya apa, tetapi mungkin supaya ada hawa-hawa trakking dan adventure-nya sehingga kami harus berjalanan kaki, padahal mobil bisa sampai di belakang sekolah walaupun perjalanan lebih jauh. Kami berjalan kaki, menyeberangi jembatan, melewati rumah-rumah penduduk untuk sampai di SDN Negeri Mosso.
Sampe di Pos TNI

Menyeberang Jembatan


Sebuah gerbang bertuliskan Pemerintah Kota Jayapura Dinas Pendidikan “SD-SMP Negeri Mosso” lengkap dengan alamatnya seakan-akan menyambut kedatangan kami. Memasuki sekolah terlihat sekitar halaman ditumbuhi rumput liar, halaman lumayan luas tetapi ada beberapa titik yang digenangi air seperti rawa. Hanya beberapa murid yang menyambut kami karena hari Sabtu mereka libur. Jadi kami harus menunggu beberapa murid lainnya untuk memulai kegiatan. Membantu tim mengangkat barang dari mobil, kumpul dengan volunteer lainnya untuk saling berkenalan. Beberapa dari volunteer sudah bertemu sebelumnya saat TM, sedangkan lainnya baru ketemu saat berangkat tadi jadi harus perkenalan dulu supaya lebih srekkkk (ada pepatah tak kenal maka tak sayang) sambil menikmati sarapan yang disiapkan panitia. Jadi harus berkenalan dulu supaya saling sayang…. Hehehehe.
Gerbang SDN Mosso

Murid dan volunteer sudah berkumpul dan berbaris di halaman sekolah, persiapan tim sudah selesai. Dilanjutkan dengan perkenalan volunteer di depan semua murid. Satu persatu volunteer memperkenalan diri, nama dan kelas yang akan diajar. Tak lupa tim dan volunteer memberi semangat kepada murid-murid sebelum masuk kelas.
Perkenalan dimulai (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Saya, Bu Guru Rista dan Pak Guru Diaz (disini kami di panggil bapak/ibu guru bukan kakak… hehehe) mengajar di kelas 3 dengan jumlah murid sebanyak 6 orang. Kami menuju ke kelas. Di dalam kelas, kami memberikan materi yang telah ditentukan oleh panitia dan mengikuti rundown acara yang telah disusun. Memulai dengan berdoa, perkenalan dan bernyanyi untuk memberi semangat dan mengurangi rasa bosan mereka. Dilanjutkan dengan memberikan materi (Bangun Datar), penyampaian secara sederhana dengan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari dari materi tersebut. Contohnya bangun datar berbentuk lingkaran, dengan mengambil contoh Bola berbentuk apa ??? Gunung bentuknya seperti apa ??? Papan tulis bentuknya seperti apa ??? dan lain sebagainya.
Belajar Bersama Kelas III (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Tak sampai disitu saja hanya dengan memberikan materi, harus mengembangkan kreatifitas murid. Maka tim pun menyertakan sesi kreativitas masing-masing kelas. Untuk kelas 3, kami membuat tagram. Kertas warna-warni digunting membentuk beberapa bangun datar, lalu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah objek, seperti ikan, kapal dan sebagainya lalu di tempel di atas kertas, kemudian di gantung di dinding kelas. Ada pula mengunting kertas origami dengan beberapa bentuk bangun datar lalu disambungkan menggunakan benang lalu di tempel.
Tempel hasil kreativitas (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Tidak hanya sarana dan prasarana serta pengetahuan yang mendukung terlaksananya pendidikan dengan baik. Satu hal yang sangat mempengaruhi setiap murid dalam pendidikan, yakni kesehatan. Sehingga tim pun memasukkan sesi cuci tangan dan pembagian makanan gratis. Mengajak murid dan volunteer keluar dari kelas menuju tempat yang telah disedikan tim untuk sesi ini dengan ditemani lagu 7 langkah cuci tangan yang keluar dari mulit kami (sambil nyanyi). kami dengan murid bersama-sama cuci tangan. Ini mengajak anak-anak untuk tetap menjaga kesehatan.
Cuci Tangan (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Dilanjutkan dengan pengenalan profesi dan pohon impian. Saya bekerja dibidang kelautan, maka saya sedikit bertanya kepada mereka pernah liat laut atau kapal ???. Kalo dilihat Kampung Mosso tidak berada di pesisir, jaraknya lumayan jauh dari laut. Lanjut bertanya apa yang ada di laut ??? Mereka semua bisa menjawab… Ikan, Kapal, orang pasir dan sebagainya…. Sesi pohon impian, para murid diberikan sebuah kertas berbentuk daun, di atas kertas tersebut mereka menuliskan nama dan cita-cita masing-masing. Ada yang ingin jadi tentara, guru, dan pilot (semoga terwujud). Setelah menulis, mereka maju ke depan menyebut nama dan cita-cita kemudian menempelkan di atas spanduk berukuran kecil yang bergambar pohon lengkap dengan ranting-rantingnya.
Pohon Harapan (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Kelas motivasi dan pembagian donasi. Dilanjutkan dengan membagi anak-anak ke dalam kelompok kecil karena kami 3 orang dan murid 6 orang. Jadi masing-masing dari kami memegang 2 murid. Mengambil tempat masing-masing, cerita dan memberi motivasi untuk tetap semangat belajar dan mengejar cita-cita mereka, tidak malas-malasan, rajin belajar dan membantu orang tua, dan pastinya berdoa kepada Tuhan. Setelah sesi tersebut dilanjutkan dengan pembagian donasi. Kemudian semua kelas dikumpulkan dan diberi arahan untuk murid kembali ke rumah, beristriahat, makan siang dan sebaginya. Nanti jam 2 kembali ke sekolah untuk melanjutkan kegiatan, Outbond.

Sebelumnya ada lempar balon sebagai simbol menggantungkan cita-cita setinggi langit setinggi balon tersebut terbang… Dilanjutkan dengan foto bersama (momen yang tidak boleh dilupakan dan terlewatkan)
Lempar balon (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Kami makan siang… beristirahat sejenak…

Outbond… Karena volunteer yang akan mendampingi murid dan ikut dalam outbond kurang, maka tim meminta kesediaan beberapa personil tentara untuk turut membantu dan mengambil andil dalam kegiatan outbond ini….

Para volunteer dan murid berbaur dan kembali dibentuk kelompok secara acak dan terbentuklah 10 kelompok. Saya dan Bu Guru Ira serta 3 murid lainnya tergabung dalam kelompok 8. Outbond dalam bentuk duel kelompok, Kelompok 1 versus Kelompok 2, Kelompok 3 versus Kelompok 4 dan seterusnya. Sebelum memulai setiap kelompok menyiapkan yel-yel. Nama kelompok kami adalah kucing… Yel-yelnya…. Hmmmmm (Kucing… meong, meong, meong… Kucing, mana semangatmu, ini semangatku 2x SE-MA-NGAT… SE…. MA…NGAT). Lanjut…. Kelompok duel (Kelompok 7/Kumkum vs Kelompok 8/Kucing) Nama hewan Kumkum baru saya dengar hari ini… Bentuknya bagaimana, katanya sejenis buru… Tapi entahlah... Fokus ke lomba saja… Menuju pos yang telah disiapkan panitia (sebanyak 5 pos), masing-masing pos sudah memiliki penjaga (tim) dan permainan. Setiap pos akan memberikan 1 bendera kepada pemenang dan yang kalah pastinya tidak dapat bendera. Dari 5 pos tersebut, kelompok kami, Si Kucing hanya mampu mendapatkan 1 bendera yang artinya kami hanya menang 1 kali… Itupun di pos terakhir… Tetapi kami tetap semangat (seolah-olah)… Masih ada lomba lainnya… Yel-yel terbaik dan lomba mengumpulkan sampah, lomba ini mengajarkan anak-anak untuk mencintai lingkungan. Lomba yel-yel dan lomba mengumpulkan sampah, keduanya kami terbaik ke 2 dengan masing-masing mendapatkan 2 bendera. Total yang kami dapatkan 5 bendera.
Outbond bersama murid, volunteer dan TNI (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Karena terdapat 2 kelompok yang memiliki bendera di atas 5 buah. Otomatis Juara 1 dan 2 sudah pasti kelompok tersebut. Tinggal Juara 3 ada sekitar 4 kelompok yang berhasil mengumpulkan 5 bendera, termasuk kelompok kami. Hehehehe…. Untuk menentukan Juara 3, kembali dilakukan lomba yel-yel terbaik… Kami kembali mengumandangkan yel-yel kami dengan penuh semangat…. (pake semangat 45)… Akhir yel-yel, kami hanya menambahkan kalimat… Tak mau pulang maunya disini 2x….. Alhasil kami kembali menjadi yang terbaik… Kami Juara 3…. Hahahahahaha
Kumpul Sampah, Cinta Lingkungan (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Beristirahat… Mendapat info dari tim bahwa nanti malam akan ada pentas seni… Dua kelas bergabung menjadi kelompok, kelas 3 & 4 jadi satu kelompok… Apa yang kami tampilkan… Nyanyi “Garuda Pancasila” dengan koreografi seadanya (bukan koreografi lebih tepatnya bergerak saja)… Kami berlatih sebentar bersama murid… Habis itu murid kembali ke rumah, kami beristriahat dan bersiap-siap…

Malam hari dilaksanakan pentas seni…. Habis itu breafing antara tim dan volunteer, evaluasi kegiatan hari ini dan kegiatan esok hari (traveling)…

Ohhh iya… Judul tulisan inikan berjudul “Potret Pendidikan Perbatasan RI-PNG, tetapi kalo dibaca dari atas hanya bercerita pelaksanaan Teaching…. Mungkin sedikit saya berikan sedikit pendapat saja mengenai potret pendidikan yang ada dari memasuki gerbang sampai kegiatan teaching selesai…..

1. Gedung sekolah sudah permanen dan bagus. Mungkin kita berpikir kalo di daerah perbatasan khususnya daerah Papua, kondisi gedung sekolah tidak layak. Tetapi yang saya temui disini bahkan di Biak tempat tinggal saya. Kebanyakan sekolah sudah memiliki gedung yang bagus, di tembok….
2. Jumlah kelas… Ini yang menjadi masalah, dari yang terlihat jumlah kelas untuk SD hanya empat ruangan saja (disamping SD ada SMP dengan jumlah 3 ruangan), padahal kelas ada enam. Bagaimana mengatur kelas ??? Mungkin ada yang masuk siang.
3. Tenaga pengajar. Jumlah tenaga pengajar yang ada tidak memadai, hanya ada sekitar 3 ato 4 guru (tepatnya kurang tau) yang mengajar di SDN Mosso ini. Dari info yang didapatkan sebenarnya dulu ada beberapa guru lainnya, tetapi mungkin karena tidak tahan dengan kondisi dan situasi yang berada di pedalaman dan perbatasan, makanya mereka pindah.
4. Sarana Lainnya. Hanya ada sebuah ruangan yang dijadikan kantor. Selain itu tidak ada bangunan lain, seperti perpustakaan dan toilet. 
5. Ada rumah yang disediakan untuk tenaga pengajar, tetapi tidak ditinggali. Jadilah rumah kosong yang tidak terawat. Rumah tersebut dilengkapi dengan kamar mandi (walaupun tidak sesuai dengan harapan) yang kami gunakan selama di sekolah ini.
6. Khusus untuk kelas 3 sebagai kelas kami mengajar, beberapa murid belum bisa menulis dengan lancar, beberapa huruf kadang terbalik.
7. Semangat. Inilah yang menjadi hal utama, kami melihat anak-anak disini walaupun mereka dalam keterbatasan, terbatas sarana dan prasarana, terbatas pengajar mereka tetap semangat untuk datang belajar dan menuntut ilmu. Ini menjadi pelajaran dan motivasi bagi kami yang datang, tetap semangat walau dalam keterbatasan dan kekurangan.
8. Tentara Mengajar. SDN Mosso yang terletak di perbatasan, pastinya ada tentara yang menjaga perbatasan. Info yang saya dapatkan bahwa tentara tersebut setiap hari senin masuk ke dalam kelas untuk mengajar (salut dan bangga)

(mungkin ada tim ato volunteer yang ingin menambahkan… Kalo ada yang keliru monggo diklarifikasi… silakan coret-coret di kolom komentar, lebih banyak lebih bagus)…

Disini pun saya bertemu dengan teman baru dan orang-orang hebat. Orang-orang yang berbeda profesi, berbeda suku dan berbeda agama. Tetapi disini kami punya kesamaan, sama-sama suka jalan-jalan dan peduli terhadap pendidikan yang ada di Indonesia. Walaupun apa yang kami lakukan hanya sebentar dan sedikit, tetapi setidaknya kami sudah melakukan segelintir hal tersebut. Berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman, berbagi motivasi, berbagi semangat dan berbagi tawa… Dan pastinya melihat dan merasakan secara langsung pendidikan yang ada di pedalaman dan perbatasan… 

Cerita ini belum selesai… Masih ada traveling ke perbatasan RI-PNG… Tunggu postingan berikutnya… Don’t miss it…

Foto Bersama (Sumber : Tim Dokumentasi TnT #8)

Post a Comment

0 Comments