Kota Jayapura
Papua… Yang
terlintas di pikiran kita mungkin daerah yang jauh dari perkembangan, sangat
jauh tertinggal. Tertinggal dari segi pembangunan, tertinggal dari segi
pendidikan, tertinggal dari segi kesehatan dan tertinggal dari segi lainnya.
Banyak orang berpikir bahwa semua daerah di Papua jauh dari kata berkembang.
Tetapi tahukah anda bahwa pemikiran tersebut sangat keliru. Tidak semua daerah
di Papua tertinggal dan tidak berkembang. Jayapura, buktinya. Sebagai ibukota
dari Provinsi Papua, Jayapura bisa dikata salah satu daerah di Indonesia Timur
khususnya Papua yang sangat berkembang. Hal ini telah saya buktikan sendiri,
saya liat dengan mata kepala langsung.
Perjalanan saya
ke Kota Jayapura pada awal Maret ini merupakan perjalanan saya yang pertama
kali meninjakkan kaki di Kota Jayapura. Dulunya saya sudah pernah ke Jayapura,
tetapi cuman transit doang itupun hanya di dalam bandara di daerah Sentani
(Kabupaten Jayapura). Perjalanan saya kali ini sebenarnya untuk mengikuti
kegiatan Traveling and Teaching (TnT #8)
sebagai volunteer dari salah satu
komunitas yang berada di Jayapura (1000
guru Papua). Karena saya salah satu peserta dari luar kota (Biak), saya
harus hadir 1 hari sebelum kegiatan berlangsung untuk mengikuti technical
meeting dari panitia dan akan berangkat ke lokasi kegiatan dini hari. Itupun
penerbangan dari Biak ke Jayapura hanya 2 kali dan tiba sekitar pukul 08.00. Makanya
saya harus berangkat sehari sebelum kegiatan.
Paginya saya
berangkat dari Biak ke Jayapura menggunakan pesawat, perjalanan hanya sekitar 1
jam. Tiba di bandara saya dijemput tim 1000 guru Papua (Kak Fier), kami masih menunggu salah satu volunteer dari luar kota juga yang berasal dari Timika (Kak Friska). Setelah itu, kami diantar
ke penginapan masing-masing. Masalah penginapan selama di Jayapura tak usah
dipikirkan lagi. Tim dengan baik hati sudah menyediakan penginapan (hemat biaya) bagi volunteer yang berasal dari luar Jayapura. Setidaknya ada 5 orang volunteer yang berasal dari luar daerah,
dua diantaranya cowok (Saya dan Mas Arief).
Volunteer cowok akan nginap di rumah
(Kang Adjie) tepatnya di Kali Acay, Abepura.
Berangkattttt
Selama
perjalanan dari Bandara sampai ke penginapan disuguhi dengan pemandangan Danau
Sentani, saya melihat perbedaan yang menonjol antara Biak dan Jayapura tepatnya
Abepura (padahal belum masuk Kota
Jayapura). Lebih ramai, pembangunan cukup berkembang, bangunan padat,
banyak toko dan ruko yang berjejer disepanjang jalan, ada mall, tetapi disini
macet, sampah masih berserakan di jalanan serta udara berdebu. Beda dengan Biak
terlihat sepi, di Biak bangunan, toko dan ruko terbilang sedikit, tidak ada
mall, namun pastinya tidak macet, bersih dan rapi, serta udara bebas debu.
Tetaplah I loppppp fulllll Biak.
Keuntungan
datang sehari lebih dulu, tak ada salahnya dimanfaatkan untuk mengunjungi
beberapa destinasi wisata di Jayapura dan sekitarnya. Kami harus menunggu Mas
Arief terlebih dahulu sebelum jalan-jalan (landing
sekitar jam 1). Barulah kami berangkat saat semua sudah lengkap menggunakan
motor, tak lupa untuk makan siang terlebih dahulu.
Tujuan kami yang
pertama, Bukit Pemancar. Perjalanan sekitar 1 jam ke arah Kota Jayapura
ditambah lagi macet karena kebetulan pas hari tersebut ada pawai yang diadakan
pemerintah. Lokasinya berada di daerah Polimak untuk mencapai bukit ini tak
sulit karena jalan sudah bagus sampai di atas bukit yang bisa dilalui kendaraan
hanya saja jalanan menanjak dan berkelok-kelok. Ohhh iyaa... Di tempat ini
banyak pemancar yang berdiri kokoh dari berbagai stasiun TV mungkin inilah
alasan mengapa tempa ini dinamakan Bukit Pemancar. Dari tempat ini, kita dapat
melihat panorama Kota Jayapura menyatu dengan pegunungan dan lautan. Terlihat
bangunan padat, bangunan yang menjulang tinggi, pusat perbelanjaan dan sebagainya.
Beberapa stasiun TV di Bukit Pemancar
Kota Jayapura sebagai bagian dari Papua telah berkembang, tak seperti pemikiran orang bahwa Papua jauh
tertinggal dari daerah lain di Indonesia. Disini pula berdiri kokoh tulisan
“JAYAPURA CITY”. Tulisan ini tampak jelas ketika kita melihat dari bawah pusat
Kota Jayapura ditambah saat malam hari tulisan ini akan menyala oleh lampu.
Layaknya tulisan Hollywood di Los Angeles.
Pemandangan dari Bukit Pemancar
Sayangnya
tulisan-tulisan tersebut sudah berkarat. Tiang besi sebagai penopang tulisan
tersebut pun tak ketinggalan dari karat dan dipenuhi tulisan-tulisan yang
sengaja ditulis para pengujung yang tidak bertanggung jawab. Harus berhati-hati
saat melangkah karena beton seagai tempat huruf terpancang sudah termakan waktu
dan tak terawat ditambah tidak ada pagar pembatas. Tempat ini wajib dikunjungi
saat berada di Jayapura melihat keindahan Jayapura dari ketinggian.
Melanjutkan
perjalanan… Menuju View Pacific Garden. Namun dalam perjalanan ada kejadian
yang tidak disangka-sangka. Karena pada saat yang bersamaan diadakan jalan
santai, maka untuk mengatur lalu lintas para petugas kepolisian pun turun
kejalanan. Saat itu pula saya tidak memakai helm, di dekat Mall Jayapura, kami
pun dihadang seorang Polwan, menyuruh saya turun dan berjalan kaki ke lorong
samping mall. Saya pikir kami kena tilang nyatanya hanya disuruh turun dan
belok ke arah mall karena di depan ada kantor polisi. Untung saja tidak kena
tilang, kalo kena…. Hmmmm masalah panjang dan jalan-jalan akan berakhir.
View Pacific Garden
Motor kembali
melaju setelah melewati kejadian diatas menuju View Pacific Garden letaknya di
daerah Angkasapura tepatnya di Jl. Angkasa Raya, Tj. Ria, Jayapura Utara, Kota
Jayapura. Tempat ini sebagai salah satu tempat nongkrong masa kini. Bukan hanya
anak muda yang berkunjung, anak-anak sampai orang dewasa pun datang ke tempat
ini. Untuk sampai di View Pacific Garden tidaklah sulit, jalanan sudah mulus
beraspal. Tempatnya tidak begitu luas dan pastinya tidak rata karena dibiarkan
alami dengan berlantai rumput hijau. Letaknya yang berada di atas perbukitan
dengan pemandangan laut dan sebagian sisi Kota Jayapura ditambah hembusan angin
menjadi tempat ini menarik banyak pengujung. Tongkrongan outdoor di design
sedemikian rupa dengan payung warna warni berbagai motif yang digantung dan
meja dari ban bekas, bukan hanya outdoor tetapi ada pula tempat duduk indoor.
Pilihan makanan dan minuman beranekaragam, tetapi terlihat disekitar yang
paling favorit adalah minuman kelapa muda yang disajikan langsung dengan
buahnya hanya membuka bagian atas buah.
Pemandangan dari View Pacific Garden
Lanjut…
Setelah menikmati panorama dan minuman di View Pacific Garden, kami berpindah
tempat, mengunjungi salah satu stadion kebanggaan masyarakat Papua, khususnya
yang berdomisili di Jayapura, apalagi kalo bukan Stadion Mandala. Berlokasi di
daerah Mandala, Jayapura Utara, Kota Jayapura dengan letaknya yang berada di
dalam kota menjadikan stadion ini tidak sulit untuk ditemukan.
Stadion Mandala
Stadion ini
merupakan markas dari klub sepakbola Persipura Jayapura, salah satu klub sepak
bola di Indonesia yang patut untuk diperhitungkan. Stadion ini dilengkapi
dengan fasilitas layaknya stadion pada umumnya, terdapat tribun penonton
permanen, kamar kecil dan sebagainya. Tak hanya dimanfaatkan sebagai lapangan
sepakbola, stadion ini dimanfaatkan warga sekitar untuk olahraga, seperti lari. Puas berfoto
dan waktu sudah semakin sore…
Berlanjut ke…
Depan Kantor Gubernur Papua. Tak banyak yang kami lakukan disini, hanya
nongkrong sebentar. Dari sini kita melihat Bukit Pemancar di atas bukit dengan
tulisan “JAYAPURA CITY” berwarna merah oleh lampu, terlihat pula salib yang
terletak di salah satu pulau yang memancarkan warna biru. Karena waktu sudah
semakin larut dan kami akan melanjutkan technical meeting untuk kegiatan besok,
kami pun kembali ke Abepura.
Pemandangan dari Kantor Gubernur
Besok-besok jalan-jalan disekitaran Jayapura... Tunggu tulisan selanjutnya...
4 Comments
keren smg bisa sampei keisni :)
ReplyDeleteAmin.... Harus traveling k Indonesia Bagian Timur mbak... PAPUA 😊😊😊
DeleteNGiler lihatnya Mas. Kapan ya aku bener2 bisa sampai sana?
ReplyDeleteHehehe. Rencana in dari skrg mbak... Harus jln2 k Indo bagian Timur...😊😊😊
Delete