Traveling saat
ini sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup bagi tiap orang. Tak memandang usia
dan status sosial. Mulai dari anak-anak, dewasa, orang tua bahkan lanjut usia,
baik golongan atas maupun menengah kebawah (golongan
saya ini, malah dibawahnya lagi).
Sebenarnya traveling tidak melulu menghabiskan uang atau hanya orang yang
berada yang bisa melakukannya, tetapi tergantung cara melakukan traveling
tersebut. Mau yang mewah atau yang murah meriah (pilihan saya ini), tetapi tetap mengutamakan kenyamanan dan
keamanan. Sebut saja para backpacker, melakukan traveling dengan dana mini,
namun melanglang buana ke berbagai destinasi wisata. Mencari tiket terjangkau
atau promo, memilih penginapan yang murah bahkan gratis, menggunakan angkutan
umum untuk eksplor wisata. Bisa menjadi pilihan traveling saat dompet tipis.
Perbatasan RI-PNG
Destinasi wisata
untuk traveling pun beranekaragam, ada yang mengunjungi tempat bersejarah,
modern, wisata religi, main ke laut dan pulau, tracking dan mendaki gunung dan
sebagainya. Tujuannya pun tak sekedar di dalam negeri, tetapi banyak para
traveler memilih untuk traveling ke luar negeri. Pilihan traveling ke LN bukan
tanpa sebab, selain ingin melihat dan menikmati hidup negeri orang,
pertimbangan biaya khususnya transportasi lebih murah (khususnya asia tenggara) dibanding traveling ke beberapa daerah di
Indonesia (termasuk Papua). Walaupun
mahal, setidaknya sebanding dengan apa yang didapatkan destinasi wisata di
Papua tak kalah keren dari luar negeri, budaya dan alam masih terjaga.
Kembali traveling ke LN, kebanyakan orang akan
memilih Singapura, Malaysia, Thailand karena pertimbangan tiket murah (kalo berangkatnya dari Jakarta). Padahal
tak perlu jauh-jauh lhooo… Beberapa daratan Indonesia berbatasan dengan negara
lain (memang tiket lumayan di atas),
seperti Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Leste, Kalimantan yang
berbatasan dengan Malaysia serta Papua yang berbatasan dengan Papua New Guinea
(PNG).
Karena saya
sekarang domisili di Papua (tepatnya
Biak, bukan daratan utama Papua) tak ada salahnya jika saya berkunjung ke
luar negeri (read. perbatasan.. hehehe),
Papua New Guinea. Bersama komunitas 1000_guru_papua, saya dan beberapa orang
lainnya dari berbagai latar belakang profesi dan daerah, kami disatukan dalam
sebuah kegiatan bernama, Traveling and Teaching #8. Kegiatan ini merupakan
program dari komunitas 1000_guru yang tersebar beberapa region di Indonesia,
termasuk di Papua. Program yang menawarkan kepada kalangan anak muda tanpa
memandang profesi untuk traveling mengunjungi tempat indah di Indonesia sambil
berbagi.
TnT #8 1000_guru_papua
Baca juga : Menuju TnT #8 1000_guru_papua
Kesempatan untuk
ikut Traveling and Teaching (TnT) #8, saya dapatkan saat melihat postingan di
akun Instagram 1000_guru_papua. Infonya ada open
recruitmen sebagai volunteer dalam kegiatan TnT, kegiatan Traveling ke daerah
perbatasan RI-PNG, Teaching di SDN Mosso. Saya mendaftar dan akhirnya saya
diterima. Perjalanan dari proses pendaftaran dan kegiatan teaching sudah saya
posting sebelumnya. Traveling kali ini bukan traveling biasa, tetapi bukan
traveling biasa. Traveling yang luar biasa dan sangat bermakna memberi banyak
kesan dan pelajaran. Sambil traveling sambil berbagi, berbagi motivasi, berbagi
semangat, berbagi canda dan tawa, berbagi sedikit ilmu (walaupun masih saya masih butuh motivasi, semangat, canda tawa dan
pastinya ilmu).
Baca juga : Potret Pendidikan Perbatasan RI-PNG
Setelah kegiatan
teaching pagi hari selesai dengan beberapa kegiatan (mengajar di kelas dan
outbond), malamnya ditutup dengan pentas seni. Kami bermalam di sekolah sebelum
esoknya melanjutkan kegiatan traveling. Paginya, persiapan traveling, sarapan (mendukung untuk melakukan traveling banyak
pilihan menunya, terima kasih tim konsumsi 1000_guru_papua… lanjutkan di next
TnT), mendengarkan budaya yang ada di Mosso dari Bapak Kepala Sekolah SDN
Mosso, kemas barang untuk traveling sekalian pulang.
Kembali menaiki
mobil Badan SAR Nasional menuju Skouw, daerah perbatasan RI-PNG. Masih ditemani
hembusan debu, untungnya perjalanan tidak memakan waktu banyak untuk sampai ke
tujuan traveling, sekitar 1 jam-an. Sebenarnya di Papua terdapat dua pintu
masuk perbatasan, selain di Skouw, Jayapura adapula di Sota, Merauke. Memasuki
daerah perbatasan, terlihat sementara dalam proses pembangunan. Beberapa gedung
sedang dibangun. Pegunjung yang datang banyak, terlihat dari area parkir yang
padat kendaraan baik motor maupun mobil (parkir
pesawat dan kereta apa belum ada yakkk).
Menuju Skouw (Perbatasan)
Kami cepat-cepat
menuju gerbang perbatasan untuk melintasi perbatasan RI-PNG dan meninjakkan
kaki di PNG (walau hanya perbatasan,
setidaknya sudah ke LN… hehehe) karena ternyata ada jam buka tutup di
daerah perbatasan, saya kurang ingat jam berapa buka tutupnya, mungkin sekitar
jam 16.00 waktu setempat. Melintasi sebuah gerbang besar dengan logo garuda di
salah satu sisinya dan ukiran khas papua di beberapa sisi lainnya. Kalo di
lihat dari arah PNG terdapat tulisan “Selamat Datang Di Indonesia – Welcome To
Indonesia”. Di balik pagar besi dari arah Indonesia, terdapat pula tulisan “Welcome
To Papua New Guinea – Welkam Long Papua Nuigini – Jesus Christ Is Love Over This
Land” menyambut kedatangan para pengujung ke PNG.
Gerbang Perbatasan RI-PNG
Welcome To PNG
Kami terus
melangkahkan kaki menyeberangi sebuah gerbang kecil yang hanya bertuliskan
“In-Masuk”. Setelah menyeberang, kami melewati sebuah kantor kecil, kemungkinan
tempat memperlihatkan kartu perbatasan bagi penduduk Indonesia yang akan
menyeberang ke PNG ataupun sebaliknya penduduk PNG yang akan menyeberang ke
Indonesia. Kami tak punya kartu tersebut karena kami hanya datang traveling,
sekedar di perbatasan dan hanya sebentar, kartu tersebut khusus untuk penduduk
yang berdomisili di perbatasan.
Gerbang Masuk
Terus berjalan,
menyeberangi gerbang kecil. Sampailah kami di luar negeri, Papua New Guinea (read. perbatasan). Sebuah papan
bertuliskan “Papua New Guinea International Border – Wutung Border – West Sepik
Province – Thank you for Visiting Papua New Guinea – We Hope to see you again
on your next visit”. Dari papan tersebut kita dapat informasi bahwa, daerah ini
bernama Wutung, Provinsi Sepik Barat (mungkin…
hehehe).
Thank You For Visiting PNG
Disekitar tempat
ini, terdapat banyak pejual ole-oleh khas perbatasan, Papua New Guinea. Ada
penjual makanan, salah satu makanan yang bisa dicoba adalah Sosis Daging Domba berukuran
jumbo yang dibandrol dengan harga Rp. 25.000/buah, adapula pisang goreng. Tak
ketinggalan cemilan dan baju khas PNG. Tak perlu khawatir soal bahasa karena
penjual bisa dan mengerti Bahasa Indonesia, begitupun dengan uang karena disini
para penjual masih melakukan transaksi jual beli menggunakan mata uang rupiah
selain kina (mata uang PNG).
Jual Sosis Domba & Pisang Goreng
Tempat ini
berada di daerah dataran tinggi, sehingga kita akan melihat PNG berada di bawah
berupa daerah pesisir yang berbatasan dengan lautan. Sayangnya saya tidak
sempat mengambil gambar. Karena terbatas waktu kami hanya sebentar di tempat
ini, melihat kehidupan dan kesibukan di perbatasan dan penduduk PNG yang
beraktivitas di daerah perbatasan, mengambil beberapa gambar, melihat PNG yang berada di bawah dari ketinggian.
Kembali putar arah menuju Indonesia.
Sebenarnya di perbatasan ini terdapat sebuah Menara yang dapat dinaiki untuk
melihat PNG lebih jelas karena letakknya yang lebih tinggi, tetapi karena
beberapa hal dan pertimbangan, kami tidak bisa merasakan sensasi tersebut.
Menara Pandang
Tim masih
memberikan kesempatan sebentar untuk berfoto ria, terdapat beberapa spot yang
bisa menjadi pilihan background untuk mengambil gambar sebagai bukti bahwa
sudah menginjakkan kaki di Skouw, Perbatasan RI-PNG. Terdapat fontbox
bertuliskan “Border Post Of Indonesia” berwarna Merah Putih sebagai warna yang identic
dengan negara kita, Indonesia. Adapula berdiri kokoh patung Garuda sebagai
lambang dan tulisan “Bhineka Tunggal Ika” sebagai semboyan negara Indonesia.
Habis itu, kami kembali ke Jayapura (read.
Abepura).
Spot Foto Perbatasan RI-PNG
Katanya bukan
1000_guru_papua jika tidak ada surprise saat kegiatan Traveling and Teaching. Saat Teachnical Meeting dan brosur TnT #8
tertulis lokasi traveling hanya di Skouw, Perbatasan RI-PNG. Tetapi ternyata
tim sudah menyiapkan kejutan untuk volunteer, setelah dari perbatasan, kami
dibawa (tetap menggunakan mobil BASARNAS)
ke daerah Doyo. Mengunjungi salah satu destinasi wisata baru. Biasanya pesawat
diparkir di anggar, tapi kalo di Jayapura pesawat diparkir di dalam hutan…. Hahahaha… Inilah tujuan kami,
mengunjungi pesawat di dalam hutan. Katanya pesawat ini nantinya akan dijadikan
restoran. Sayangnya saat kami tiba di tempat, ternyata tidak bisa masuk karena
dipisahkan oleh kali sedangkan jembatan
penyeberangan tertutup rapat dan terkunci. Jadilah, kami hanya melihat dair
luar dan dari kejauha, tetap yang penting sudah liat dan berkunjung. Ini baru
surprise 1. Lanjut ke surprise 2…
Pesawat di Tengah Hutan
Pantai Holtekam,
terletak di daerah Koya, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura. Pantainya bukan
pasir putih, barisan pohon kelapa di sekitar pantai setidaknya menambah nuansa
alam. Dibalik itu, pantai ini tak luput dari sampah yang berserahkan akibat
ulah dari pengunjung yang tidak bertanggung jawab membuang sampah sembarang.
Pantai Holtekam
Masih ada Sampah
Habis itu… Kami
benar-benar kembali ke Jayapura, tidak ada surprise lagiiii… Malam menyelimuti saat
kami tiba di Jayapura… Malamnya, setelah sebentar berisitrahat… Beberapa dari
kami masih ngumpul makan malam dan karokean…
Besok lanjut
eksplore destinasi lain di Jayapura dan sekitarnya sebelum balik ke Biak… Don’t
miss it….
Galeri Traveling ke Perbatasan RI-PNG
4 Comments
Akhirnya bisa traveling ke LN ya kang :p
ReplyDeletebtw aku kira Kina itu obat hahaha ternyata nama mata uang PNG padahal fotoin kang jenis uangnya penasaran :p
kerenlah traveling yang bermanfaat
Hahaha... Lebih tepatnya perbatasan LN... Gak sempat foto uangnya mbak
Deletemantap 1000 guru papua, komunitas 1000 guru ~respect ndan
ReplyDeletesosial sekalian traaveling nih ena bats
25 ribu, sedap tuh sosis daging dommba.
kalau fisik orang-orang PNG sama gak kaya papua
Udah pernah ikut 1000 guru bang ???. Klo belum kpn2 bisa gabunglah...
DeleteFisik.x sih sama dengan org Papua karena msh satu ras...