Backpackeran di Yogyakarta (Part 3)



Lanjutan…….

Sehabis berkeliling di Museum Sonobudoyo, saya melanjutkan perjalanan ke Keraton yang berada tidak jauh dari museum hanya dibatasi oleh lapangan. Di tengah lapangan tersebut, terdapat 2 buah pohon beringin di samping kiri dan kanan yang di pagar, seperti gerbang masuk keraton.
Pohon Beringin

Tiket masuk keraton terbagi menjadi dua, yakni karcis masuk Tepas Kaprajuritan Karatan Ngayogyakarta sebesar Rp. 5.000/orang dan karcis izin video/foto Museum Siti Hinggil Pagelaran sebesar Rp. 2.000, jadi total Rp. 7.000.
Tiket Masuk Keraton

Setelah membeli tiket masuk, saya memasuki kompleks keraton dan yang pertama saya lihat adanya kandang ayam yang beberapa diantaranya terdapat sepasang ayam kate.
Ayam di dalam Keraton

Terdapat pula patung pegawai keraton di sebelah kiri-kanan yang duduk bersila membungkuk seolah menyambut setiap pengunjung yang datang.
Foto bersama pegawai keraton

Berjalan ke arah dalam lagi, terdapat sebuah ruang terbuka yang beratap kemungkinan tempat pertemuan keraton yang diberi pembatas.
Tempat pertemuan

Selanjutnya menuju gedung yang merupakan Museum Siti Hinggil Pagelaran. Beberapa koleksi dari museum ini, seperti foto kereta kencana keraton, foto Sri Sultan Hamengku Buwono, alat musik keraton dan sebagainya.
Foto Sri Sultan Hamengku Buwono

Puas berkeliling, sudah sore dan keraton akan di tutup, maka saya pun kembali ke Jl. Malioboro, mencari gereja yang akan saya tempati beribadah esok pagi sebelum balik ke Jakarta. Saya menemukan sebuah gereja yang tidak jauh dari Jl. Maliobor, yakni Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat “Marga Mulya“ Yogyakarta.
GPIB Jemaat Marga Mulya Yogyakarta
 
Tak lupa saya foto di tulisan Jl. Malioboro sebelum kembali ke penginapan. Mumpung tak banyak orang yang sedang mengambil gambar, walaupun jalanan sangat ramai dan macet.
Berfoto di Jl. Malioboro

Sejenak beristirahat dan bersih-bersih badan di penginapan. Malam harinya saya janjian bertemu dengan Pepi dan Hose, tetapi yang datang hanya Pepi dan temannya. Kami mencari dan makan malam di sekitaran Jl. Maliboro, menikmati makanan khas Yogyakarta Nasi Kucing. Dinamakan demikian karena prosinya sedikit, seperti makanan kucing dan makan mie goreng ala Jogja

Kemudian mencoba minuman hangat, Wedang Ronde. Rasanya seperti Sarabba (Makassar) ada jahe, tetapi warnanya bening dengan tambahan bulatan tepung beras, roti tawar, kacang dan  kolang kaling. Minuman ini memberikan rasa hangat sehingga cocok di nikmati pada malam hari untuk mengusir masuk angin. Harganya sekitar Rp. 5.000 per porsi.
Wedang Ronde
 
Sehabis makan, saya mengantar Pepi dan temannya ke tempat penitipan motor. Nama tempatnya kurang tahu, tetapi seperti bertingkat-tingkat, sehingga dari atas kita dapat melihat lalu lalang kendaraan dan keramaian di sekitar Jl. Malioboro.
Lalu lalang kendaraan malam hari

Turun dari tempat penitipan motor. Saya menyempatkan diri untuk mengambil gambar di Tugu Yogyakarta. Tugu ini menjadi landmark Kota Jogja yang terkenal yang berada di Jl. Jenderal Sudirman.
Tugu Yogyakarta

Kembali ke penginapan dan beristirahat……

Post a Comment

0 Comments