Lanjutan…….
Sehabis
berkeliling di Museum Sonobudoyo, saya melanjutkan perjalanan ke Keraton yang
berada tidak jauh dari museum hanya dibatasi oleh lapangan. Di tengah lapangan
tersebut, terdapat 2 buah pohon beringin di samping kiri dan kanan yang di pagar,
seperti gerbang masuk keraton.
Pohon Beringin
Tiket
masuk keraton terbagi menjadi dua, yakni karcis masuk Tepas Kaprajuritan Karatan Ngayogyakarta sebesar Rp. 5.000/orang
dan karcis izin video/foto Museum Siti
Hinggil Pagelaran sebesar Rp. 2.000, jadi total Rp. 7.000.
Tiket Masuk Keraton
Setelah
membeli tiket masuk, saya memasuki kompleks keraton dan yang pertama saya lihat
adanya kandang ayam yang beberapa diantaranya terdapat sepasang ayam kate.
Ayam di dalam Keraton
Terdapat
pula patung pegawai keraton di sebelah kiri-kanan yang duduk bersila membungkuk
seolah menyambut setiap pengunjung yang datang.
Foto bersama pegawai keraton
Berjalan
ke arah dalam lagi, terdapat sebuah ruang terbuka yang beratap kemungkinan
tempat pertemuan keraton yang diberi pembatas.
Tempat pertemuan
Selanjutnya
menuju gedung yang merupakan Museum Siti Hinggil Pagelaran. Beberapa koleksi
dari museum ini, seperti foto kereta kencana keraton, foto Sri Sultan Hamengku
Buwono, alat musik keraton dan sebagainya.
Foto Sri Sultan Hamengku Buwono
Puas
berkeliling, sudah sore dan keraton akan di tutup, maka saya pun kembali ke Jl.
Malioboro, mencari gereja yang akan saya tempati beribadah esok pagi sebelum
balik ke Jakarta. Saya menemukan sebuah gereja yang tidak jauh dari Jl.
Maliobor, yakni Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat “Marga
Mulya“ Yogyakarta.
GPIB Jemaat Marga Mulya Yogyakarta
Tak
lupa saya foto di tulisan Jl. Malioboro sebelum kembali ke penginapan. Mumpung
tak banyak orang yang sedang mengambil gambar, walaupun jalanan sangat ramai
dan macet.
Berfoto di Jl. Malioboro
Sejenak
beristirahat dan bersih-bersih badan di penginapan. Malam harinya saya janjian
bertemu dengan Pepi dan Hose, tetapi yang datang hanya Pepi dan temannya. Kami
mencari dan makan malam di sekitaran Jl. Maliboro, menikmati makanan khas
Yogyakarta Nasi Kucing. Dinamakan demikian karena prosinya sedikit, seperti
makanan kucing dan makan mie goreng ala Jogja
Kemudian
mencoba minuman hangat, Wedang Ronde. Rasanya seperti Sarabba (Makassar) ada
jahe, tetapi warnanya bening dengan tambahan bulatan tepung beras, roti tawar,
kacang dan kolang kaling. Minuman ini
memberikan rasa hangat sehingga cocok di nikmati pada malam hari untuk mengusir
masuk angin. Harganya sekitar Rp. 5.000 per porsi.
Wedang Ronde
Sehabis
makan, saya mengantar Pepi dan temannya ke tempat penitipan motor. Nama
tempatnya kurang tahu, tetapi seperti bertingkat-tingkat, sehingga dari atas
kita dapat melihat lalu lalang kendaraan dan keramaian di sekitar Jl.
Malioboro.
Lalu lalang kendaraan malam hari
Turun
dari tempat penitipan motor. Saya menyempatkan diri untuk mengambil gambar di
Tugu Yogyakarta. Tugu ini menjadi landmark Kota Jogja yang terkenal yang berada
di Jl. Jenderal Sudirman.
Tugu Yogyakarta
Kembali
ke penginapan dan beristirahat……
0 Comments