Backpackeran di Semarang (Part 2)



Menginap selamam di Imam Bonjol Hostel setidaknya memulihkan tenaga saya untuk kembali melakukan petualangan saya di Semarang yang kali ini benar-benar sendiri (solotraveler). Lanjut mengunjungi beberapa destinasi wisata Semarang sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta.
Lawang Sewu

Bangun tidur, saya memulai petualangan saya dikarenakan hostel yang saya tempati menginap tidak jauh dari kawasan Tugu Muda, maka tujuan pertama saya hari ini adalah kesit dan pastinya berjalan kaki berhubung jarak tidak terlalu jauh sekaligus berhemat. Memasuki kawasan Tugu Muda suasana tidak begitu ramai, masih pagi. Hanya beberapa anak-anak yang sedang bermain air mancur. Letak tugu ini di Jalan Pemuda sebagai lokasi yang strategis dikarenakan berdekatan dengan Lawang Sewu dan Museum Mandala Bhakti Semarang. Tugu Muda merupakan salah satu lokasi wisata di Semarang berupa taman rekreasi dengan sebuah tugu yang berdiri di dalam taman, di bangun untuk  mengenang pertempuran lima hari di Semarang. Tugu Muda menggambarkan semangat berjuang dan patriotisme warga Semarang yang gigih, rela berkorban dengan semangat yang tinggi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Tugu Muda Semarang

Setelah mengunjungi Tugu Muda, saya melanjutkan perjalanan ke Lawang Sewu. Salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika datang ke Semarang. Tak lengkap rasanya bila ke Semarang namun tidak bertandang ke Lawang Sewu. Lawang Sewu terletak di Kompleks Tugu Muda, Jl. Pemuda, Sekayu. Dalam bahasa Indonesia Lawang Sewu berarti Seribu Pintu. Suasana pun belum ramai, tiket masuk sebesar Rp. 10.000/orang untuk dewasa dan Rp. 5.000/orang untuk anak-anak dan pelajar dengan jadwal buka setiap hari dari jam 07.00 – 21.00. Bangunan Lawang Sewu bergaya Belanda karena dulunya menjadi kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS dan setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia.
Lawang Sewu

Lawang Sewu terbagi menjadi beberapa gedung, seperti Gedung A sebagai gedung exhibition Centre, Gedung B sebagai retail, food court, galeri dan office area, Gedung C sebagai museum, Gedung D sebagai ruang tunggu/ruang P3K dan Gedung E sebagai kantor pengelola. Di dalam Museum Lawang Sewu berbagai koleksi di pajang yang pastinya berhubungan dengan perkeretaapian di Indonesia, seperti baju pegawai kereta, foto stasiun kereta tempo dulu, miniatur Lawang Sewu dan Kereta Api, dan sebagainya.
Salah satu koleksi Museum Lawang Sewu (Miniatur Kereta Api)

Menaiki lantai 2 gedung, terdapat banyak jendela berukuran besar, dimana masyarakat menyebutnya pintu dan mungkin inilah yang menjadi alasan dinamakan Lawang Sewu atau Seribu Pintu, walaupun pada kenyataannya jumlah pintu tidak mencapai seribu.
Seribu Pintu

Sebuah lubang seperti jalan menuju ruang bawah tanah terdapat di dalam gedung ini, dari penjelasan guide yang mengantar beberapa wisatawan ini menjadi ruang menyiksaan sehingga menjadikan Lawang Sewu terkesan memiliki aura mistis.
Lubang Bawah Tanah

Sehabis dari Lawang Sewu, tujuan saya selanjutnya mencari travel yang akan mengantarkan saya ke Yogyakarta baru setelah itu saya melanjutkan petualang di Semarang. Travel yang saya tuju adalah Joglosemar yang tak jauh dari Lawang Sewu tepatnya terletak di Jalan Pemuda No. 143 dengan harga tiket sekali jalan sebesar Rp. 85.000/orang.
Perwakilan Joglosemar di Semarang

Setelah itu saya kembali ke hostel untuk mengambil barang dan melanjutkan perjalanan ke Museum Mandala Bhakti Semarang. Sayangnya setelah sampai di museum ternyata museumnya tutup, jadi saya hanya memotret dari luar.
Museum Mandala Bhakti Semarang

Saya pun melanjutkan perjalanan ke Simpang Lima, melewati Taman Pandanaran
Taman Pandanaran

Simpang Lima salah satu pusat wisata di Semarang. Simpang Lima merupakan sebuah lapangan yang menyatukan lima jalan di Kota Semarang, yakni Jl. Jl. Pahlawan, Jl. Pandanaran, Jl. Ahmad Yani, Jl. Gajah Mada dan Jl. A. Dahlan. Disini sebuah fontbox besar bertuliskan Simpang Lima menjadi salah satu spot memotret. Disekitar Simpang Lima terdapat banyak hotel dan pusat perbelanjaan.

Simpang Lima Semarang


Tujuan selanjutnya adalah Kelenteng Sam Poo Kong. Menggunakan ojek online dengan biaya Rp. 15.000 dengan waktu tempuh sekitar 25 menit, saya menuju Kelenteng Sam Poo Kong. Sesampai di kelenteng suasana sangat ramai, banyak wisatawan lokal, domestik maupun mancanegara yang datang ditambah lagi adanya pertunjukan yang diadakan oleh pengelola kelenteng. Tiket masuk sebesar Rp. 5.000/orang. Kelenteng Sam Poo Kong merupakan bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He/Cheng Ho yang terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang.
Kelenteng Sam Poo Kong

Di dalam kompleks kelenteng ini terdapat patung Laksamana Zheng He, patung Ir. Priambudi Setiakusuma, patung pendekar cina, panggung tempat pertunjukan, Kelenteng Agung Sam Poo Kong tempat berdoa. Di dalam kelenteng, pengelola menawarkan souvenir berupa foto menggunakan kostum tradisional cina dan korea. Baik di dalam maupun di luar kelenteng banyak terdapat pedagang yang menjajakan makanan, jadi jangan takut kelaparan di Kelenteng Sam Poo Kong.
Patung Laksamana Zheng He

Patung Pendekar Cina

Setelah puas berkeliling kelenteng, saya pun kembali ke travel joglosemar menggunakan ojek online untuk menunggu bus yang akan mengantarkan saya ke Yogyakarta pada pukul 14.30.
Menunggu di Joglosemar menuju Yogyakarta

Sampai disinilah perjalanan saya di Semarang selama 2 hari 1 malam, waktu yang pastinya tidak cukup untuk mengunjungi setiap tempat wisata yang ada di Semarang. Sehingga berharap suatu saat nanti bisa kembali ke tempat ini dalam jangka waktu yang lebih lama dan mengunjungi lebih banyak tempat-tempat menarik.

Post a Comment

0 Comments