Perjalanan
ini adalah lanjutan dari kegiatan 1000guru Kupang yaitu Traveling and Teaching
(TnT) #5 yang dilaksanakan 2-3 April 2016. Dimana, Teaching di SDN Kelas Jauh
Raibasin dan Traveling di Air Terjun Mauhalek dan di Padang Fulan Fehan.
Padang Fulan Fehan
Setelah
menikmati keindahan Air Terjun Mauhalek yang tersembunyi di perbatasan, kami
(1000guru Kupang) pun melanjutkan perjalan menuju salah satu tempat yang tidak
kalah keren dengan tempat lain di daerah perbatasan. Kalau tadi kami
bersentuhan dengan air di dataran yang lebih rendah, sekarang kami akan menuju
ke daerah yang lebih tinggi lagi walaupun sama-sama memberikan nuansa yang
dingin. Tempat tersebut bernama Padang Fulan Fehan.
Kendaraan kami menuju Padang Fulan Fehan
Masih
menikmati jalan berbatu dan berkelok-kelok, naik gunung dan turun lembah dengan
suasana pedesaan yang masih asri dengan hawa yang sejuk menemani perjalanan
kami. Berangkat sekitar pukul 15.46 dari Air Terjun Mauhalek dan tiba sekitar
pukul 16.25. Sebelum memasuki Padang Fulan Fehan, sebuah tulisan dari papan
kecil menyambut kedatangan kami “Selamat Datang Di Benteng Berlapis Tujuh dan
Padang Fulan Fehan”. Ternyata selain Padang Fulan Fehan, ada sebuah benteng
yang berada di sekitarnya bernama Benteng Berlapis Tujuh.
Selamat Datang Di Benteng Berlapis Tujuh dan Padang Fulan Fehan
Fulan Fehan
terletak di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NusaTenggara Timur
dan tepat berada di bawah Gunung Lakaan. Memasuki Fulan Fehan hawa dingin
menusuk kulit, tetapi udara yang sejuk dan bebas dari polusi dapat kami hirup
dan nikmati.
Di sini
di Padang Fulan Fehan, kuda berkeliaran dimana-mana menjadi pemandangan yang
luar biasa. Ada yang sedang menikmati makan sore dan ada yang menikmati minum
air danau yang ada di sekitar padang. Melihat kedatangan kami, kuda-kuda
tersebut berlari menjauh.
Kuda dan Gunung Lakaan
Setelah
mengangkut barang-barang dari mobil, kami pun harus berjalan untuk mencari
tempat mendirikan tenda. Walaupun jaraknya yang tidak terlalu jauh, namun
sedikit pendakian membuat nafas kami tersengal.
Mengangkut barang
Cukup sulit untuk mencari lokasi karena padang ini berada di atas tempat terbuka sehingga terpaan angin kencang ditambah jarangnya pohon menjadi masalah. Tak tanggung-tanggung saat sedang berusaha mendirikan tenda, salah satu besi kerangka tenda patah. Kami harus berjuang melawan angin selama proses mendirikan tenda. Tenda yang kami gunakan berjumlah 5 tenda, terdiri dari 1 tenda besar untuk cewek dan 4 untuk cowok. Setelah tenda berdiri kokoh menurut kami, kami mengolah bekal makanan untuk menghilangkan rasa lapar dan rasa dingin dengan bermodalkan mie…
Salah satu tenda yang kami dirikan
Berkumpul
di salah satu tenda, makan bersama, minum minuman panas, bercerita dan mendengar
cerita lucu sambil tertawa menjadi kegiatan kami pada malam hari di Padang
Fulan Fehan. Gerimis hujan dan desauan angin malam pun menemani kebersamaan kami.
Puas dan rasa kantuk datang, kami menuju tenda masing-masing untuk
beristirahat. Tidur kami tak tenang, angin malam datang seolah menghantui.
Beberapa tenda tidak mampu menahan kencangnya angin sehingga perlu untuk
diperbaiki. Ini salah satu hal yang didapatkan ketika berada di alam bebas,
namun kami tetap menikmati. Sebuah pengalaman dan situasi, bagaimana bersatu
dengan alam dan saling membantu di saat seperti ini.
Pagi
hari datan. Beberapa dari kami berburu sunrise masih dengan perlengkapan tidur
karena kondisi sekitar padang sangat dingin dan yang lainnya masih terlelap
tidur. Mengambil gambar sunrise, berfoto bersama dan selfie serta berkeliling
menjadi kegiatan kami di pagi hari di Padang Fulan Fehan.
Berburu sunrise
Dari
atas Padang Fulan Fehan terlihat pemandangan yang indah dan luar biasa,
pegunungan dan rumah warga terlihat sejauh mata memandang.
Pemandangan dari atas Padang Fulan Fehan
Tak
luput dari pandangan kami, Gunung Lakaan yang tepat berada tak jauh Padang
Fulan Fehan terlihat jelas.
Gunung Lakaan
Tanaman
kaktus ternyata dapat dijumpai dan tumbuh subur disini
Kaktus di Padang Fulan Fehan
Selain
itu, tak jauh dari Padang Fulan Fehan terdapat benteng bernama Benteng Berlapis
Tujuh, tapi saya tidak sempat berkunjung kesana.
Setelah
puas berfoto dan berkeliling ria, kami kembali ke tenda, berkemas-kemas untuk
kembali. Tak lupa memungut sampah adalah kewajiban bagi kami, bagi para
pengunjung ataupun wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat wisata untuk tidak
meninggalkan sampah. Sekitar pukul 08.00 kami meninggalkan Padang Fulan Fehan,
berharap bisa kembali dan bisa menginjakkan kaki di Benteng Berlapis Tujuh dan
mendaki Gunung Lakaan.
Back to Home
0 Comments