07 Februari 2016 sekitar
pukul 06.30 kami berangkat dari Lopo Mutis menuju Danau Oelnonon. Kabut yang
turun dengan jarak pandang yang sangat pendek menemani perjalanan kami menuju
Danau Oelnonon. Beberapa kali Pak Driver (Panggilan supir yang mengantar kami)
berhenti untuk melihat arah jalan akibat tebalnya kabut khas pegunungan.
Pemandangan Danau Oelnonon
Perjalanan selama kurang lebih 45 menit, akhirnya kami
tiba di sekitaran Danau Oelnonon. Kondisi sekitar sangat gelap. Hanya ada berkas
cahaya yang kemungkinan alat penerang dari seseorang yang sedang berjalan. Kami
sedikit memajukan mobil ke depan. Tiba di gerbang yang di tutup dengan beberapa
batang kayu. Disamping jalan tersebut terdapat sebuah rumah. Rumah tersebut
merupakan rumah yang ditinggali oleh orang yang dipercayakan untuk menjaga
Danau Oelnonon dan sekitarnya yang merupakan bagian pengelolaan dari Kehutanan.
Kami meminta izin untuk menginap di sekitaran danau. Bapak penjaga danau
tersebut kembali mengantar kami untuk masuk ke dalam lahan yang dapat digunakan
untuk mendirikan tenda dan disitu juga terdapat sebuah lopo-lopo.
Mendirikan tenda, memasak untuk makan malam. Kemudian
menuju tenda untuk tidur.
Paginya... Berkeliling danau. Menikmati udara pagi yang
pastinya bebas polusi, melihat pemandangan sekitar danau dan memotret
pemandangan danau di pagi hari.
Danau Oelnonon
Air yang menggenangi danau terlihat sedikit. Kemungkinan
karena hujan yang turun masih kurang. Sebuah daratan kecil yang di atasnya
berdiri sebuah lopo berukuran kecil terlihat di dalam danau. Namun sayangnya,
kami tidak bisa menginjakkan kaki di daratan tersebut, tidak ada jembatan
penyeberangan. Saya kurang tau cara masyarakat mendirikan lopo tersebut.
Lopo Kecil dari Kejauhan
Di dalam danau pun berdiri 2 batang pohon yang sudah
mati, seolah-olah menjadi tambahan objek untuk memotret. Entah mengapa pohon
itu masih kokoh berdiri walaupun sudah tidak hidup lagi.
Pohon Mati Di Tengah Danau
Disamping pohon ini, terdapat sebuah batu besar yang dari
sisi batu ini kita dapat memotret danau. Juga dari salah satu sisi inilah kita
dapat melihat pemandangan pegunungan yang menjadi nilai tambah danau ini. Ada
perpaduan pemandangan antara danau dan gunung serta air dan batu. Gunung batu
yang menjulang dengan puncak yang tidak terlalu tinggi.
Perpaduan Danau dan Gunung
Dibelakang batu terdapat sebuah lopo yang masih
beralasakan tanah. Dijadikan tempat berteduh atau duduk ketika datang berwisata
di Danau Oelnonon.
Lopo
Sebuah papan kecil berisi aturan-aturan yang berlaku di
danau ini tergantung di sebuah pohon. Isi peraturan tersebut diantaranya : dilarang
berenang, dilarang mancing tanpa izin, dilarang membuang sampah sembarang,
menjaga sopan santun, dilarang terkejut, wisata hanya dapat dibuka hingga pukul
17.00, serta sebelum masuk ke kawasan danau harus melapor ke kepala dusun
terlebih dahulu. Dibawah papan tersebut tertulis siapa yang menulis aturan
tersebut. Mereka adalah mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) dari Universitas
Negeri Solo, yang ditempatkan di dusun ini. Hal yang sungguh menyentuh orang
yang berada dan tinggal jauh dari tempat ini malah mereka melakukan suatu hal
yang sangat berarti untuk destinasi wisata ini yang lebih peduli akan destinasi
wisata ini.
Danau Oelnonon Punya Aturan
Dari tulisan peraturan di atas, kami setidaknya melanggar
2 aturan. Pertama kami masuk kawasan danau tanpa persetujuan kepala dusun,
kedua kami masuk danau sudah lewat pukul 17.00. Tetapi bukannya tanpa alasan
kami tetap masuk ke dalam danau ini, saya masih ingat perkataan bapak penjaga
danau bahwa rumah kepala dusun agak jauh dari danau dan kondisi sudah malam
ditambah lagi tidak ada alat penerang di sekitar jalan. Selain itu, karena
sudah malam dan memang kami berencana untuk menginap di danau ini tanpa
sepengetahuan kami bahwa kunjungan hanya di batasi sampai pukul 17.00. Sehingga
bapak penjaga tetap mengijinkan kami untuk masuk ke dalam kawasan danau.
Pintu Gerbang
Disekitaran terdapat pagar yang mengelilingi jalanan
disamping danau. Menjadi pembatas antara jalanan dan danau. Pagar dari tanaman
hidup dan beberapa kayu serta besi. Setidaknya ini membuat orang tidak mudah
masuk ke danau.
Kami terus berjalan menuju jalan utama. Disamping jalan
tersebut terdapat rumah penjaga yang salah satu sumber cahaya yang kami lihat
tadi malam. Di depan jalan tersebut terdapat gerbang yang sederhana. Terbuat
dari kayu dengan tulisan “Selamat Datang Dusun IV Desa Pariwisata, Fatukoto,
TTS”. Tak jauh dari gerbang tersebut, tepatnya di depan danau, terdapat dua
papan bertuliskan “Selamat Datang di CEKDAM KAENKA Dusun 4 Oelnonon dan
“Jagalah Kebersihan”, kedua tulisan ini masih dibuat dengan cara yang
sederhana. Gerbang dan tulisan tersbut lagi-lagi dibuat oleh mahasiswa KKN dan
pastinya dibantu oleh masyarakat sekitar. Tetapi setidaknya inilah usaha mereka
untuk mengenalkan destinasi wisata ini yang kemungkinan besar masih banyak
orang yang kurang tahu.
Tulisan di Depan Danau
Di jalan ini, saya bertemu dengan pemilik rumah sekaligus
penjaga danau ini. Bapak Albertinus Kabunani namanya. Pria berusia 56 tahun ini
dipercaya oleh pihak pengelola untuk menjaga danau ini. “Saya dipercaya untuk
menjaga danau ini oleh Kehutanan sebagai pengelola tempat wisata ini dan
sekitarnya. Rumah yang saya tempati adalah rumah dinas yang sementara waktu
diberikan oleh pihak Kehutanan untuk saya tinggali karena dekat dengan lokasi
wisata” terang Bapak Albertinus. Selian itu, Bapak Albertus mengatakan kepada
kami bahwa biaya untuk menginap di danau ini sekitar Rp. 150.000.
Jalanan Sekitar Danau
Saya kembali ke tenda, yang lain sudah sibuk masak untuk
makan siang. Setelah puas memotret alam sekitar Danau Oelnonon, kami bergegas
untuk kembali ke Kupang. Mencuci bekas makanan, membongkar tenda dan pastinya
membersihkan area sekitaran danau untuk menjaga agar danau tetap terjaga
kebersihannya.
Jangan Buang Sampah Sembarang
Sekitar pukul 09.12 kami kembali ke Kupang. Perjalanan ke
Kupang masih memberikan pemandangan yang mempesona, dari atas bukit di pinggir
jalan setidaknya kami berhenti beberapa kali untuk mengambil gambar. Selain
itu, kami berhenti di salah satu sudut jalan yang menjajankan buah-buahan (saya
hanya turun dan memotret tidak membeli). Kami tiba di Kupang sekitar pukul
14.00.
Tenda Kami
Perjalanan dari Kupang-Gunung Mutis-Danau Oelnonon-Kupang
setidaknya memberikan pengalaman yang luar biasa bagi saya. Melihat indahnya
dan menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan serta menjalin kerjasama dan
kepedulian. Tenaga pastinya banyak terkuras selama perjalan, tetapi setidaknya
terobati dari apa yang kami lihat dan rasakan seiring perjalanan tersebut
berlangsung.
5 Comments
Uns (universitas sebelas maret)
ReplyDeleteTerimakasih ulasannya. Sangat menyentuh kami dark tim KKN MDC UNS 2016.
Seharusnya kita dapat bertemu karena tulisan ini menceritakan moment di februari tahun 2016, kami saat itu masih berada di sana.
Salam hangat :)
Iya kak. Tapi cuman sehari sja. Sehabis dari Gunung Mutis singgah di Danau Oelnonon nginap semalam
DeleteKakak yang KKN dsna ? Yg buat tulisan peraturan itu ? :)
DeleteTerimakasih ka ulasannya, semoga bermanfaat tulisan tim kami :)
ReplyDeleteWarm regards
Sama2. Semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk mampir lagi
Delete