Perjuangan dan Keindahan Telaga biru Samares

Biak salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Papua walaupun terpisah dari daratan utama Papua. Keindahan pulau Biak memang tak kalah indahnya dari daerah lain di Indonesia. Biak menyimpan berbagai tempat bagi para wisatawan, mau berwisata bahari ada Padaido, mau mengingat sejarah ada Goa Jepang, mau menyelami goa bawah laut ada Wundi Cave, mau melihat budaya ada festival Munara Wampasi. Biak hanya kurang gunung, tak ada gunung di Biak. Walaupun begitu Biak patutlah untuk di kunjungi.
Birunya, Underwater Telaga Biru Samares

Salah satu destinasi wisata di Biak adalah Telaga Biru Samares. Jika di Klaten, Jawa Tengah ada Umbul Ponggok, nah di Biak ada Telaga Biru Samares. Telaga ini terletak di Desa Samares, Distrik Biak, Kab. Biak Numfor, Papua. Mungkin tempat ini masih awam bagi para traveler karena memang masih jarang yang berkunjung ke tempat ini karena lokasinya yang lumayan jauh dari Kota Biak. Telaga Biru Samares sering juga disebut Telaga Wopersnondi.
Telaga Biru Samares

Kesempatan berkunjung ke telaga ini terealisasi juga.

Perjalanan pertama ke Telaga Biru Samares kali ini membutuhkan energi yang lebih, berjalan kaki lumayan jauh karena salah petunjuk. Awal kisah bermula… Saya beserta enam teman lainnya (Kak Boby, Kak Irma, Kak Mega, Kak Dian, Agusto, dan …. saya lupa namanya) berangkat dari Biak menuju telaga menggunakan mobil. Karena kami dari tujuh yang berangkat belum pernah kesana sehingga belum ada yang melihat jalan, hanya modal bertanya untuk sampai ke tujuan. Saat memasuki jalanan yang kurang bagus belum beraspal, disitu terdapat palang yang menghalangi jalan. Artinya tidak sembarang orang yag masuk, harus membayar dulu. Inilah salah satu keunikan Papua, jalan pun di palang. Hehehehe… Palang tersebut sebagai pintu gerbang untuk masuk ke Telaga Biru Samares, kami pun membayar sekitar 50ribu ato 100ribu. Seperti yang saya bilang di atas karena tidak ada yang tau jalan, maka kami bertanya kepada bapak si penjaga gerbang.

“Pak kalau ke Telaga Biru Samares masih jauh tidak” tanya Kak Irma. “Sudah dekat,  kalau sudah dapat …. di jalan, mobil berhenti disitu, kalian lanjut dengan berjalan kaki” balas si bapak. Kurang lebih begitulah percakapan Kak Irma dengan Bapak si penjaga gerbang.

Kami melanjutkan perjalanan dengan senang hati karena jarak sudah dekat. Setelah berjalan beberapa menit, kami mulai khawatir karena tanda yang dibilang si bapak belum terlihat. Kami terus melanjutkan perjalanan, kemudian kami mendapatkan excavator terparkir di pinggir jalan. Berpikir inilah tanda yang dimaksud si bapak. Kami memarkir mobil dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Jalan kaki kiteeee

Tak terasa waktu yang kami butuhkan untuk mencapai telaga dengan berjalan kaki sudah lumayan lama, tak bisa di bilang dekat lagi. Kami mulai capek dan menyerah untuk tiba di telaga. Kami berhenti, duduk, mengambil nafas, mengembalikan tenaga, minum air dan makan cemilan. Kami terus berjalan….
Istirahat sejenak

Tiba di akhir jalan yang diperbaiki dan tidak bisa dilalui dengan mobil maupun motor, kami melihat sebuah motor terparikir, melihat benda-benda yang berhubungan dengan pembuatan jalan. Nah…. Ini mungkin tanda yang dimaksud si bapak tadi, kami salah… kami harus menuruni bebatuan yang menghalangi jalan…
Perjuangan

Hujan rintik tiba-tiba turun, untung ada daun yang lumayan besar, kami ambil sebagai payung alami.  
Daun pun bisa jadi payung

Kami terus berjalan, permasalahan pun muncul. Ketika kami tiba di pertigaan jalan. Tak tau mau belok kiri atau kanan. Kami membagi tim, sebagian ke arah kanan dan sebagian ke arah kiri. Saya memilih arah kiri, saya melihat jalanan kecil dari arah kiri tersebut, saya memilih untuk mengambil jalan tersebut, tak ada hasil. Itu bukan jalan menuju Telaga Biru, tetapi pemandangan tak kalah keren, lautan…..
Ketemu laut

Kembali kepertigaan, kami bertemu dan tak seorang pun yang menemukan jalan menuju telaga, kami menuju pantai untuk beristirahat karena disitu ada tempat duduk dan rumah yang digunakan oleh masyarakat untuk beristirahat pada saat bekerja.

Penolong pun datang, sepasang suami istri yang sedang berkebun dan ingin kembali ke rumah bertemu kami. Kesempatan ini tak kami sia-siakan, kami bertanya dan mereka siap mengantar kami ke telaga biru. Letak telaga belok kiri setelah pertigaan…
Kami diantar oleh pasangan suami istri

Kami pun sampai di Telaga Biru Samares dalam waktu yang cukup lama dengan tenaga yang cukup banyak. Tapi ketika melihat keindahan dan kejernian serta kebiruan dari telaga ini, setidaknya dapat mengurangi rasa capek kami.

Telaga ini benar-benar berwarna biru, sampai di dasar. Walaupun saat kami sampai cahaya sudah berkurang, tetapi masih ada warna biru yang kami lihat dan airnya memang jernih. Banyak dedaunan dan pohon yang mengisi telaga ini.
Telaga Biru Samares

Tak banyak waktu yang dapat kami habiskan untuk menikmati Telaga Biru Samares karena waktu sudah semakin sore, hanya berenang sebentar dan mengambil gambar. Kemudian kembali….

Telaga ini masih kurang perhatian dari pemerintah dan masyarakat yang berkunjung, terlihat belum ada fasilitas yang ada, seperti tempat sampah, tempat duduk, papan petunjuk dan sebagainya sebagai sarana wisata. Sampah pun masih berserahkan dimana-mana, tak ada tanggung jawab dari wisatawan.
Sampah masih dimana-mana


Padahal Telaga Biru Samares bisa menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Biak jika dikelola dengan baik. Airnya yang jernih dan biru menjadi daya Tarik tersendiri.

Berharap ada perhatian dari pemerintah dan masyarakat terutama wisatawan yang berkunjung serta berharap bisa kembali ke telaga ini untuk yang kedua kali, ketiga kali, sampai beberapa kali.  
Telaga Biru Samares

Post a Comment

0 Comments