Setelah perjalanan dari Waerebo pada tulisan Petualangan Seru di Waerebo. Saya
nebeng di salah satu rombongan yang akan menuju Labuan Bajo, Kab. Manggarai
Barat yang nantinya akan melewati jalan ke arah Ruteng.... Kami pun berangkat
menggunakan mobil... Setelah beberapa menit, sampailah kami di pangkalan
ojek... Saya turun di situ untuk melanjutkan perjalanan ke Ruteng, sedangkan
mereka melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo.
Saya menggunakan ojek dengan didahului tawar menawar.
Kami pun sepakat sewa Rp. 150.000 sampai dipertigaan Ruteng-Dintor-Labuan Bajo.
Perjalanan tergolong lama ditambah lagi beberapa jalanan yang belum di aspal,
jalanan berkelok-kelok, penurunan dan tanjakan.
Sesampai dipertigaan, saya bertanya kendaraan menuju
Ruteng ke beberapa penduduk yang sedang menunggu kendaraan, kebanyakan dari
mereka akan menuju Labuan Bajo yang berlawanan arah dengan tujuan saya. Mereka
mengatakan bahwa kendaraan ke Ruteng banyak, tinggal menunggu saja di pinggir
jalan. Saya pun berjalan-jalan sedikit ke depan dan tak lama kendaraan umum
(angkot) muncul dan saya naik. Suasana dalam angkot sangat padat. Perjalanan
menuju Ruteng sekitar 30 menit.
Setelah beberapa penumpang turun, saya pun berkesempatan
untuk bertanya kepada penumpang lainnya tujuan saya. Tujuan saya kali ini
adalah Hotel Karya Ruteng yang terletak di Jl. Motang Rua No. 30. Supir pun
berbaik hati mengantarkan saya ke hotel ini. Sampai di hotel ini, saya pun
langsung memesan kamar. Saya hanya memesan kamar untuk 1 malam saja, besoknya
saya akan pindah penginapan. Setelah bersih-bersih, saya pun keluar untuk
mencari makan dan kembali ke untuk beristirahat...
Pagi harinya, saya menuju salah satu hotel yang tak
begitu jauh dari tempat saya menginap sebelumnya. Saya hanya berjalan kaki,
sekaligus menghemat biaya. Hotel Rima Ruteng menjadi tempat menginap saya hari
ini. Terletak di Jl. Ahmad Yani No. 14. Fasilitas yang tersedia, seperti WIFI,
cafe dan penyewaan kendaraan. Sampai di hotel, saya pun check in... Saya
menyewa motor seharga Rp. 50.000 untuk keliling Ruteng. Karena kondisi alam
Ruteng yang sangat dingin dan saat saya berada di sini, lagi musim hujan. Jadi
untuk jalan-jalan sangat terbatas. Barulah saya keluar sekitar jam 2 siang....
Tujuan pertama saya adalah ke Spider Web Rice Field.
Terletak di Cancar, Kecamatan Ruteng. Supaya tidak tersesat, saya pun bertanya
beberapa kali kepada masyarakat yang ada di pinggir jalan. Untuk menuju kesana
dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Ruteng dengan menggunakan motor.
Sampailah saya dengan selamat di tempat terakhir yang dapat diakses kendaraan
sekaligus sebagai pos tiket masuk, sebuah rumah masyarakat lokal. Disini tidak
ada tulisan apapun, layaknya kawasan wisata lainnya, seperti papan nama ataupun
gerbang, pondok informasi dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa tempat ini
belum terlalu diperhatikan padahal salah satu destinasi wisata yang banyak
diminati. Saya pun membayar tiket seharga Rp. 10.000 dan diantar oleh 2 orang
anak kecil sebagai quide saya.
Butuh sedikit perjuangan berjalan kaki melalui jalan
setapak mendaki menuju puncak bukit dengan kondisi yang masih didominasi oleh
tanah. Sampailah saya di atas bukit. Spider Web Rice Field merupakan deretan
persawahan yang berbentuk seperti jaring laba-laba. Sebenarnya di sekitar
daerah ini masih banyak sawah yang berbentuk seperti ini, tetapi bukit yang
saya datangi ini adalah tempat terbaik untuk melihat petak sawah berbentuk
laba-laba. Sayangnya saat saya berkunjung, sawah baru memasuki masa pembibitan
padi, sawah masih kosong belum ditanami padi. Walaupun demikian, sketsa
menyerupai sarang laba-laba masih terlihat jelas. Pegunungan di belakang
persawahan menambah nilai estetika ketika mata memandang. Setelah puas melihat
dan mengambil gambar, saya dan kedua quide saya kembali.
Saya pun melanjutkan perjalanan saya ke Liang Bua. Terletak
di Dusun Rampasasa, Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng. Perjalanan menuju ke sana
membutuhkan perjuangan. Dengan berani saya mengendarai motor sendirian,
bertanya beberapa kali untuk memastikan jalan yang saya lalui benar-benar
menuju Liang Bua. Jalanan sangat menantang, penurunan, tanjakan, berkelok, sisi
sebelah jurang, berbatu, tak beraspal, bertanah, becek, dan sebagainya mewarnai
perjalanan saya. Saya pun singgah mengisi bensin di salah satu warung penduduk,
takutnya bensin saya tidak cukup untuk sampai di Liang Bua dan tak ada tempat
membeli bensin.
Saya beruntung karena ketika memasuki daerah Liang Bua,
saya bertemu seseorang untuk bertanya arah. Ternyata tempat saya bertanya
berdekatan dengan rumah penjaga Liang Bua. Dengan menggunakan motor, kami
berdua menuju Liang Bua. Liang Bua sudah dikunci. Saya adalah pengunjung
terakhir hari ini.
Sebuah gerbang bertuliskan Liang Bua menyambut kedatangan
saya. Gerbang yang sudah usang termakan waktu. Liang Bua adalah sebuah gua yang
menjadi tempat tinggal spesies manusia kerdil dari Flores bernama Homo floresiensis. Menurut cerita dari
bapak penjaga saat ini kerangka dari manusia kerdil Flores dibawa ke Jakarta
untuk diteliti lebih lanjut. Habis memotret dan melihat-lihat sekitar, saya pun
melanjutkan perjalanan, kembali ke Ruteng dan menuju tujuan saya yang terakhir.
Gereja Katedral Ruteng menjadi tujuan terakhir saya. Di
tengah balutan pegunungan dan hawa yang dingin, Ruteng pun diberi sebutan
sebagai Kota Seribu Biara. Mungkin karena Ruteng memiliki banyak biara dan
mayoritas penduduknya beragama Khatolik. Saya sedikit tersesat ketika mencari
Gereja Katedral ini, saya bertanya dan menuju gereja yang sebenarnya. Saat saya
berkunjung waktu sudah malam, hanya beberapa penjaga yang berada disekitar
gereja. Saya pun meminta izin untuk masuk ke kawasan gereja dan mengambil
beberapa gambar.
Setelah itu, saya kembali ke penginapan untuk bertemu
salah satu teman, sekaligus makan malam.
Esok paginya, saya kembali ke Kupang via udara. Berangkat
dari Bandara Frans Sales Lega/Satartacik.
Masih banyak destinasi wisata yang ditawarkan oleh Ruteng
yang belum sempat saya kunjungi karena terbatasnya waktu... Suatu saat jika ada
kesempatan, saya akan kembali mengunjungi lebih banyak tempat-tempat luar biasa
di Ruteng.
Tulisan
ini tak menampilkan gambar karena foto yang saya ambil entah berceceran di mana…..
0 Comments