Menelusuri Sungai Pute, Rammang-Rammang
Satu lagi tempat
wisata yang lagi blooming di Sulawesi Selatan, bernama Rammang-Rammang.
Terletak di Kabupaten Maros yang dapat ditempuh dari Makassar, Ibukota Provinsi
Sulawesi Selatan dengan sangat mudah sekitar 1 jam 30 menit menggunakan
kendaraan bermotor atau angkutan umum. Jangan khawatir untuk nyasar, anda bisa
bertanya ke abang pete’-pete’ (angkot)
pasti mereka sudah tau. Kalo anda
menggunakan kendaraan pribadi ato sewa tidak akan sulit karena di pinggir
jalanan masuk lorong aka nada tulisan “Wisata Karts Rammang-Rammang” atau lebih
mudahnya ada papan nama bertuliskan “Bosowa Semen” yang berukuran lebih besar,
anda hanya perlu mata untuk memperhatikan tulisan tersebut. Rammang-Rammang
terletak di sebelah kanan jika dari arah Makassar.
Tanda lorong masuk Rammang-Rammang
Perjalanan saya
ke Rammang-Rammang bersama Mudin, teman waktu zaman kuliah. Perjalanan berawal
dari Barru karena saya mengikuti kegiatan kampus (walaupun sudah alumni, tua pula), daripada bolak balik dan ini
kesempatan saya untuk berkunjung. Jadilah saya dari Barru langsung ke
Rammang-Rammang setidaknya menghemat biaya dan waktu.
Dari Barru saya
naik motor lebih tepatnya dibonceng oleh Mudin, tetapi karena mengantuk (habis begadang), mungkin belum setengah
perjalanan saya memilih untuk menggunakan angkutan umum (pete’-pete’), Mudin tetap pake motor. Kami sudah berjanji untuk
ketemu di depan lorong masuk Rammang-Rammang. Setidaknya saya bisa tidur
sejenak di atas pete’-pete’ selama
dalam perjalanan. Saya masih harus nyambung angkot, dari Barru-Pangkep kemudian
Pangkep-Maros. Saat turun dari angkot dan mau nyambung angkot lagi, ada
kejadian lucu. Karena saya tidur dan dibangunkan oleh sopir untuk pindah
angkot, saya pun langsung pindah.
Tiba di angkot
baru, teringat handphone. Saya pikir sudah ketinggalan di angkot sebelumnya.
Untungnya jarak angkot sebelumnya dan sekarang masih berdekatan, sehingga masih
bisa nanya ke supir untuk berhenti sejenak, saya mau periksa angkot. Saya
periksa tetapi hasilnya nihil, saya tidak menemukannya. Saya kembali ke angkot
yang baru, supir dan penumpang lainnya bertanya ke saya untuk periksa tas
baik-baik, siapa tau terselip. Ehhh, usut punya usut HP saya ada di tas kamera…
Jadi malu dehhh sambal tunduk kepala dan tersenyum tipis… Gara-gara dibangunkan
tadi, sehingga tidak fokus (ada #AQUA
hehehehe). Jadi sekedar tips : Kalo
traveling sendirian harusnya barang-barang berharga, seperti dompet dan
handphone disimpan baik-baik atau sebaiknya ditempatkan dalam satu tempat yang
sama dan kalo sudah di pake letakkan dalam tempat tersebut, jangan letakkan di
tempat lain sehingga tidak pusing untuk mencari.
Lanjut…
Sebelumnya saya sudah bertanya ke sopir untuk turun di jalan ke Rammang-Rammang
(sopir sudah tau), Setelah tiba di
depan pinggir lorong, saya tidak melihat Mudin, kemudian saya hubungi untuk
jemput di depan. Karena untuk menuju Rammang-Rammang kita harus menelusuri
sungai, jadi tujuannya mencari dermaga penyeberangan. Jarak dari pinggir jalan
raya menuju dermaga tidak jauh hanya sekitar 5 menit naik motor. Sebenarnya ada
2 dermaga yang disedikan pengelolah, Dermaga 1 dekat pinggir jalan yang lebih
jauh dari Rammang-Rammang, sedangkan Dermaga 2 harus masuk lorong jaraknya
lebih dekat dari Rammang-Rammang. Pilihan kami jatuh ke Dermaga 1, pertimbangan
dekat dan lebih lama untuk menyusuri sungai.
Tiba di Dermaga
1. Terlihat beberapa kapal yang mengantar wisatawan berlabuh, beberapa
wisatawan sudah menaiki perahu ada pula yang sudah selesai berkunjung. Disekitar
dermaga terdapat stand penyewaan topi sehingga tidak perlu kepanasan ada pula
warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman jadi tak usah khawatir
kelaparan saat berkunjung dan menelusuri Rammang-Rammang.
Dermaga 1
Untuk mencapai
Rammang-Rammang, kita harus menelusuri Sungai Pute, terdapat perahu yang akan mengantar
jemput. Tak perlu repot-repot untuk tawar menawar karena pengelola sudah
mematok harga sewa perahu, perahu dengan kapasitas 1-4 orang seharga Rp
200.000/perahu, kapasitas 5 -7 orang seharga Rp. 250.000/perahu, kapasitas 8-10
orang seharga Rp. 300.000/perahu ada pula tarif liputan dan Prawedding sehrag
Rp. 350.000/perahu. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan terdapat sekitar
120 perahu yang beroperasi di kedua dermaga, 70 perahu diantaranya terdapat di
Dermaga 1. Selain itu, banyak peraturan yang telah ditetapkan pengelola baik
dalam pengelolaan maupun pelayanan kepada wisatawan, seperti Surat Keputusan
Tentang Jumlah dan Standar Operasi Perahu Jolloro Kawasan Wisata Kampung Karst
Rammang-Rammang_Salendrang.
Kami menaiki
perahu, arena kami hanya berdua sehingga
perahu yang mengantar kami berkapasitas 1-4 orang. Sebenarnya di kawasan wisata
ini banyak pilihan destinasi wisata yang bisa dikunjungi, seperti Taman Batu
Kampung Laku, Telaga Bidadari, Gua Kelelawar, Kampung Berua, Situs Pasaung,
Padang Ammarrung dan beberapa destinasi lainnya. Jadi sambil menelusuri Sungai
Pute, kita bisa singgah di beberapa tempat wisata yang berada di pinggir
sungai, seperti Taman Batu Kampung Laku, Telaga Bidadari.
Perahu kami pun
melaju dengan perlahan menelusuri Sungai Pute. Disepanjang pinggiran sungai,
wisatawan disuguhi pemandangan yang hijau, rumah penduduk, pohon nipah, keramba
budidaya ikan dan terkadang kita akan menemukan batu yang terletak di dalam
sungai sehingga perahu harus berhati-hati jangan sampai menabrak batu-batu
tersebut.
Menelusuri Sungai
Tak menunggu
beberapa lama, sampai ditujuan kami yang pertama, Taman Batu Kampung Laku.
Perahu kami perlahan bersandar di dermaga yang telah disiapkan pengelola. Kami
menuju taman tersebut, sedangkan barang-barang kami yang lain beserta perahu
dan pengemudi menunggu. Mungkin kalian akan bertanya, Taman Batu ???... Iya,
biasanya kalo kita berkunjung atau memikirkan tentang taman, otomatis yang
terlintas dalam pikiran adalah bunga, pohon, dan rumput hijau. Tetapi disini
berbeda, taman disini dipenuhi dengan bebatuan dengan ukuran dan bentuk yang
beranekaragam, ada yang kecil ada pula yang besar, ada yang menjulang tinggi
ada yang rendah, ada yang terletak di atas tanah adapula yang berada di dalam
air. Inilah alasan mengapa disebut Taman Batu yang terletak di Kampung Laku (bukan laku ato tidak laku, seperti lagu Wali
Ku Tak Laku-Laku… Hehehehe).
Welcome to Taman Batu Kampung Laku
Penampakan Batuan di Taman Batu Kampung Laku
Menapaki
batu-batu, memanjat batu-batu dan berfoto dengan batu-batu yang dilakukan saat
berada di taman ini. Setelah berkunjung kami melanjutkan perjalana, sebelumnya
beranjak, kami memberikan sedikit rejeki sebagai uang rokok (read. uang sukarela) ke bapak yang
menunggu taman batu ini, sebelumnya telah diberitahukan oleh pengantar kami.
Batu di Tengah Air
Perjalanan
berlanjut… Melewati Cafe Rammang-Rammang, Telaga Bidadari, Dermaga 2, tetapi
tujuan kami menuju Kampung Berua. Menelusuri sungai, lewat di bawah jembatan, melewati
pohon nipah, memasuki lorong batu, sampai di Kampung Berua.
Kembali Menelusuri Sungai
Ala Negeri Dongeng, Kampung Berua
Sudah banyak
perahu yang bersandar di dermaga yang artinya wisatawan banyak yang berkunjung.
Terdapat loket retribusi, setiap pengunjung membeli tiket seharga Rp.
3.000/orang. Di sini terlihat kampung yang di kelilingi oleh bebatuan. Dari
luar terlihat hanya batu-batu yang menjulang tinggi, tetapi ketika masuk ke dalam
ada sebuah kampung yang sungguh indah, hamparan persawahan, rumah-rumah,
pepohonan nan hijau layaknya sebuah negeri dongeng. Ada pula masjid, warung
makan, gazebo dan penginapan yang dikelola oleh masyarakat.
Perahu yang Parkir di Kampung Berua
Destinasi wisata
di sini tidak hanya Kampung Berua, tetapi tak jauh ada beberapa destinasi
lainnya, seperti Gua Kelelawar, Taman Ammarung dan Situs Pasaung (terlihat di papan petunjuk). Kami
menapaki jalan setapak, jalan persawahan. Sayangnya tak berapa lama alam kurang
mendukung, hujan pun turun, kami mencari tempat berteduh. Hujan datang, hujan
berhenti, hujan datang lagi selama kami berada di kampung ini, alhasil sepatu
kami dipenuhi tanah. Kami memilih untuk mencari makan, makanan panas (mie rebus… ditraktir Mudin… Hehehe)
untuk memberi rasa hangat karena dingin kampungnya sudah dingin ditambah hujan
yang datang mengguyur.
Pilihan Destinasi Wisata Lainnya
Setelah hujan
reda, kami menuju Padang Ammarrung. Kembali menapaki jalanan setapak,
menyeberangi jembatan, sedikit mendaki. Sampailah kami di padang ini. Tak
seperti yang saya bayangkan, saya mengira aka nada rumput nan hijau, ternyata
pohon dengan ukuran yang masih kecil tumbuh tanpa adanya rumput dengan alas
batu-batu berwarna hitam. Ammarrung dalam Bahasa setempat berarti suara besar
saat air jatuh karena disekitar tempat ini akan kedengaran, iulah sehingga
dinamakan Ammarrung.
Padang Ammarrung
Saya sempat
berbicara dengan salah seorang bapak (lupa
namanya) yang memang menjadi penjaga Padang Ammarrung. Bapak ini sambil
menjaga juga menjual beberapa makanan dan minuman, tak sampai disitu ternyata
pondok (lumayan luas) yang ditempati
bapak dan istri menjual bisa dijadikan tempat menginap bagi wisatawan yang
berminat untuk bermalam. Pondok terbuka hanya ditutupi terpal. Harganya cukup
terjangkau hanya Rp. 60.000/kelompok yang terdiri dari tak lebih dari 10 orang,
jika lebih menambah sedikit biaya. Harga
tersebut hanya biaya penginapan tidak termasuk makan. Tak ketinggalan tulisan
untuk mengingatkan para wisatawan untuk melestarikan tempat ini.
Pondok yang Bisa Disewa
Walaupun belum
puas berkeliling karena waktu dan takutnya hujan lagi, kami harus memutar arah,
kembali. Menuju dermaga, naik perahu dan menelusuri sungai. Di tengah
perjalanan hujan datang mengguyur, perahu kami tetap melaju sampai di Dermaga
1.
Melanjutkan
perjalanan ke Makassar….
Kawasan Wisata
Alam Rammang-Rammang wajib dikunjungi jika berada di Makkasar terlebih Maros.
Banyak destinasi wisata yang tersaji dan kebanyakan merupakan wisata alam.
Datang menikmati alam, melihat ciptaan Sang Pencipta, bersatu dan berinteraksi
dengan alam. Saat berkunjung, kami pun tak sempat singgah dan mengunjungi
beberapa destinasi lainnya. Berharap bisa kembali kesini lagi dan bermalam…
Hehehe
Galeri Rammang-Rammang
2 Comments
duh indahnya pengen banget bisa kesana :)
ReplyDeleteIa mbak... Harus ksna apalagi klo sdh D Makassar. Tempat ini salah sat pilihan tujuan wisata
ReplyDelete