Bersama anak-anak Kampung Mosso
Luas daratan
Indonesia lebih kecil dibanding luas lautan dengan perbandingan 1/3 : 2/3.
Terlepas dari hal tersebut, daratan Indonesia menjadi pemukiman bagi masyarakat
dengan kekayaan yang luar biasa, hutan yang luas, tanah yang subur, alam bahari yang mempesona dan
sebagainya. Namun demikian beberapa diantaranya sudah mengalami penurunan karena
tangan-tangan yang kurang bertanggung jawab. Penduduk Indonesia tersebar dari
Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote. Ada yang tinggal di
perkotaan ada pula yang tinggal dipedesaan, ada yang tinggal di daerah yang
sangat berkembang ada pula yang tinggal di pedalaman, ada yang tinggal dekat dengan ibukota ada pula yang tinggal di daerah perbatasan.
Beberapa daerah daratan
di Indonesia merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, seperti
Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia, Nusa Tenggara Timur berbatasan
dengan Timor Leste dan Papua yang berbatasan dengan Papua New Guinea. Berbicara
tentang daerah perbatasan, pasti yang terlintas adalah daerah yang tertinggal,
tidak berkembang dan masih banyak lagi pikiran negatif yang muncul di kepala. Memang
pendapat tersebut tidaklah keliru, tetapi tidak seburuk yang dipikirkan.
Beberapa daerah perbatasan di Indonesia terlihat sudah maju dan bahkan dalam
proses pembangunan untuk menjadi daerah yang berkembang.
Salah satu
keunikan tersendiri dari daerah yang berada di perbatasan mengenai bahasa yang
digunakan masyarakat dalam berkomunikasi. Tak bisa dipungkiri pasti ada pengaruh
dari negara tetangga dalam bahasa sehari-hari. Inilah yang saya temui ketika
berkunjung ke salah satu kampung perbatasan yang ada di Papua, bernama Kampung
Mosso. Secara administrasi Kampung Mosso masuk ke dalam pemerintahan Kota
Jayapura, Provinsi Papua. Kampung ini berbatasan dengan Papua New Guinea. Di
daerah Papua sebenarnya terdapat dua pintu perbatasan yang legal, salah satunya
di Mosso dan satunya lagi di Sota, Kabupaten Merauke yang berada di sebelah
selatan Pulau Papua.
Anak Kampung Mosso
Kembali ke
Kampung Mosso. Kunjungan saya ke kampung ini bukan hanya untuk datang berkunjung,
melihat kehidupan dan bahasa masyarakat setempat. Tetapi saat itu saya mengikuti
kegiatan dari salah satu komunitas yang peduli pendidikan di daerah pedalaman
dan perbatasan, komunitas 1000guru region 1000_guru_papua. Kegiatan kami adalah
Traveling and Teaching (TnT) yang
menjadi salah satu program dari komunitas ini. Jalan-jalan sambil berbagai,
berbagi motivasi, berbagi pengetahuan, berbagi canda dan tawa, berbagi
kebahagiaan. Setidaknya travelingnya lebih bermakna dan pastinya bukan
traveling biasa.
Lokasi Traveling and Teaching
Nah… Soal bahasa
yang ada di Kampung Mosso ini menurut penuturan dari masyarakat sekitar,
setidaknya ada 3 bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi ditengah-tengah
masyarakat. Bahas tersebut adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Mosso dan Bahasa Tok
Pisin (English Pisin).
Saya lebih tertarik
dengan bahasa Tok Pisin. Bahasa ini merupakan bahasa negara tetangga, Papua New
Guinea. Karena berada diperbatasan dan beberapa masyarakat di Kampung Mosso
memiliki kekerabatan dan keluarga yang di PNG, maka bahasa ini masih melekat bagi
masyarakat. Selain itu, untuk membeli keperluan sehari-hari masyarakat dari
Kampung Mosso harus ke daerah perbatasan untuk menjual hasil bumi atau apapun
itu atau membeli keperluan sehari-hari. Pasarnya terletak di daerah perbatasan,
dimana bertemunya masyarakat dari Indonesia dengan PNG untuk berkomunikasi
menggunakan bahasa Tok Pisin, walaupun beberepa diantara mereka masih mengerti
bahasa Indonesia.
Bahasa Tok Pisin
kalau didengar sepintas, seperti Bahasa Inggris tetapi dengan beberapa perubahan
dan pastinya tanpa memperhatikan tenses. Ketika mendengarnya agak lucu dan
aneh, tetapi setidaknya kalo basic Bahasa Inggris mereka mengerti. Berikut
beberapa kata-kata dalam Bahasa Tok Pisin yang sempat saya dengar dan himpun (hehehehe) dari anak-anak tempat kami
melakukan Traveling and Teaching.
Anak-anak Kampung Mosso
Wanem Nem Bilong Yu ? : Siapa Nama Kamu ? (Wanem :
What, Nem : Name, Bilong : Belong, Yu : You)
Yu Orait ? : Apa Kabar ?
Mi Orait Tasol : Saya Baik
Mama Go Long Gaden : Mama Pergi Ke Pasar
Yu Go Long Skul : Kamu Pergi Ke Sekolah
Go Long Tu : Pergi ke Gereja
Kisim Kumu : Sayur
Tenkyu : Terima Kasih
Yu Bilong Wanem Hap ? : Kamu Berasal dari Mana ?
Mi Mangi Indonesia : Saya Berasal dari Indonesia
Itu sedikit
contoh kalimat dalam Bahasa Tok Pisin
Untuk perkenalan
bisa seperti ini :
Nem Bi Long Mi Miriam (Nama saya Miriam)… Deid Be Long
Me Fifteen (Umur Saya 15 Tahun)… Mi Stab Moso (Saya Tinggal di Moso)… Mi Skul
Long Indonesia Negeri Moso (Saya sekolah di SDN Moso)
Anak Kampung Mosso
Terdengar
berbeda dari Bahasa Inggris, tulisannya pun berbeda, tulisannya seperti
pengucapannya. Tapi kata-kata di atas bisa anda gunakan ketika traveling ke
Papua New Guinea… Menambah referensi kalimat dalam Bahasa Tok Pisin dari Papua
New Guinea.
3 Comments
Wah aku baru tau bahasa Tok Pisin ini, makasih infonya nambah lagi pengetahuan untuk Indonesia Timur :)
ReplyDeletelucu juga y bahasanya pasti logatnya pun khas
Terima kasih mbak... Klo mau bljr lbih bnyak, lgsung dtg k TKP... Bahasanya kayak inggris2 gmna... Hehehe
Deletesangat menarik jika bisa belajar bahasa Tok Pisin
ReplyDelete