Indonesia menjadi
salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang pernah merasakan getirnya
penjajahan. Perjalanan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan tidak
terlepas dari jasa para pahlawan, itulah sebabnya untuk memberi penghormatan
dan dedikasi bagi para pahlawan yang gugur, tepat tanggal 10 November setiap
tahunnya diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Peninggalan sejarah
Ketika kita
kembali ke puluhan tahun silam saat Indonesia masih terjajah, negara datang ke
Indonesia untuk menikmati dan menguras kekayaan sumber daya alam yang ada.
Tidak sampai disitu, penjajah pun menguras tenaga pribumi untuk dijadikan
sebagai pekerja dengan sistem yang tak seperti sekarang ini, sistem kerja
paksa. Namun negara penjajah tidak tenang begitu saja, masih banyak negara yang
ingin berkuasa di tanah Indonesia, sebut saja Portugis, Belanda dan beberapa
negara lainnya.
Tak hanya saat
penjajahan, bangsa lain menginjakkan kaki di Indonesia. Perang Dunia (PD) pun
mendatangkan para negara-negara yang berseteru ke Indonesia. Jepang dan Amerika
menjadi negara tersebut dikarenakan posisi Indonesia yang strategis, sehingga
dijadikan sebagai benteng pertahanan. Tak tanggung-tanggung, para seteru
membangun pertahanan tak hanya di atas tanah dengan membangun benteng yang
kokoh tetapi di bawah tanah (goa) pun mereka manfaatkan sebagai tempat
bersembunyi dari musuh. Salah satu bukti yang masih ada sampai sekarang,
seperti yang dapat ditemukan di Biak, Papua. Terdapat goa peninggalan tentara
Jepang yang digunakan sebagai tempat persembunyian dan pertahanan dari gempuran
Amerika.
Goa Jepang
dikenal juga dengan nama Goa Binsari dan masuk kedalam Kampung Wisata Binsari,
terletak di Jl. Goa Jepang No. 47, Distrik Samofa, Kabupaten Biak Numfor,
Provinsi Papua (lengkap amat, biar gak
nyasar). Goa ini merupakan benteng pertahanan Jepang pada Perang Dunia
Ke-II. Tak jauh dari Kota Biak ditambah jalanan sudah bagus.
Papan Nama Kampung Wisata Binsari
Sedikit
informasi sejarah tentang Kampung Wisata Binsari dari tulisan di sekitar kantor
pengelola. Terbentuk pada tahun 2011. Binsari diambil dari nama goa alam “Abiab
Binsari” yang telah dikenal masyarakat sebelum PD Ke-II. Ada cerita mistik
dibalik nama ini. Menurut kepercayaan masyaraakt sekitar, bahwa goa ini
dahulunya dihuni oleh seorang nenek perempuan sehingga disebut Binsar
(perempuan) dan Sar (tua), dimana nenek tersebut kadang terlihat dan kadang
tidak terlihat. Kemudian pada PD Ke-II, goa ini digunakan Jepang sebagi benteng
pertahanan dan pusat logistik karena posisi goa yang sangat strategis di
ketinggian dan daapt digunakan untuk melakukan pemantauan ke daerah pantai dan
laut. Goa dijadikan markas oleh sekitar 3000 tentara dibawah pimpinan Kolonial
Naoyuke Kusume. Setelah ketahuan oleh Amerika bahwa daerah ini menjadi pusat
logistik Jepang, maka Amerika menajtuhkan serangan bom pada tanggal 7 Juni
1944.
Tak jauh dari
kantor dan bersama teman, akhirnya saya dapat menginjakkan kaki di tempat
bersejarah ini, Goa Jepang. Perjalanan tak memakan waktu lama karena lokasinya
berada di dalam kota ditambah jalanan sudah bagus. Sampai disana tak banyak
wisatawan yang berkunjung. Di pinggir jalanan, terdapat beberapa papan petunjuk
yang dapat memudahkan wisatawan menemukan tempat ini. Memasuki kawasan wisata,
kita sudah disambut dengan beberapa benda yang berhubungan dengan perang
terjejer di halaman sebelum memasuki goa. Ada rudal, jergen, topi tentara,
bekas botol dan kaleng serta beberapa benda peninggalan tentara Jepang.
Benda-benda tersebut sudah terlihat berkarat termakan oleh waktu.
Halaman Goa Jepang
Peninggalan yang ditemukan di Goa Jepang
Perjalanan
berlanjut memasuki Goa Jepang. Menelusuri jalan setapak, terlihat beberapa
tulisan di sepanjang jalan, seperti “Cintailah Sejarah Masa Lalu”… Masa lalu harus dicintai lohJJJ. Terdapat
pula tempat duduk dan gasebo yang telah dibangun yang dijadikan pengunjung
sebagai tempat beristirahat, melepas lelah setelah berjalan di sekitar goa.
Jalan setapak sekitar goa
Gasebo tempat istirahat
Terdapat
sebuah monumen dari batu dan disandarkan tiga papan tancap bertuliskan huruf
Jepang yang tidak saya tau artinya yang dikelilingi pagar. Namun di luar pagar
tersebut, sebuah tulisan menjelaskan bahwa pagar ini dibangun oleh Pasukan
Infantri Timur 2929, Perkumpulan Pengenang Korban Perang di Irian Jaya pada
Juni 1989.
Monumen yang dibangun oleh Pasukan Infantri
Belum sampai
ke dalam goa, kami masih harus berjalan menuruni anak tangga untuk mencapai
mulut goa.. Memasuki mulut goa, harus hati-hati karena dasar goa tanah yang
lembab sehingga licin. Tak banyak yang dapat dilihat di sini, hanya beberapa
bekas drum dan serpihan piring pecah. Bom, senjata dan peralatan perang lainnya
serta tulang belulang tak ditemukan di dalam goa ini. Menurut informasi yang
saya dapatkan bahwa semua itu sudah diangkut ke luar goa, seperti benda-benda
yang terlihat di halaman sebelum memasuki goa.
Tangga menuju mulut goa
Sisa peninggalan di dalam goa
Dari dalam
goa, kita dapat menengadah ke atas dan melihat lubang besar yang dimana sekitar
lubang tersebut tumbuh pepohonan, mungkin lubang ini terbentuk akibat dari bom
Amerika saat menyerang goa ini sebagai pusat logistik Jepang. Di antara lubang
tersebut, tumbuh pula berbagai jenis tanaman.
Lubang akibat serangan Amerika
Setelah habis
melihat kondisi di dalam gua, saya keluar dari goa, berjalan menyusuri jalan
setapak dan mampir melihat dari mulut lubang ke bawah goa akibat bom. Sehabis
itu, saya menuju sebuah bangunan kecil, dimana dalam ruangan tersebut terdapat
beberapa tengkorak dan rangka manusia. Ini merupakan rangka dari tentara Jepang
yang belum diambil oleh keluarga mereka.
Pemandangan goa dari atas
Rangka Tentara Jepang yang meninggal dunia
Selanjutnya
menuju ruang informasi sekaligus membayar tiket masuk. Di dalam ruangan
tersebut, terpampang berbagai macam informasi dan peninggalan lainnya terkait
Goa Jepang ini. Ada senjata, sendok, garpu, mangkok, pisau dan sebagainya.
Ruang informasi
Terdapat pula
foto terkait upacara pembakaran tulang belulang (kerangka jenazah tentara
Jepang pada PD Ke-II) pada tahun 1942 – 1944 dan pemisahan tulang dari arang
setelah pembakaran.
Foto pemisahan tulang dengan arang
Untuk masuk ke
dalam Goa Jepang, wisatawan wajib membayar tiket masuk. Tiket masuk pun tidak
merata bagi semua wisatan. Wisatawan lokal sebesar Rp. 25.000/orang untuk
dewasa dan Rp. 10.000/orang untuk anak-anak, sedangkan wisatawan mancanegara
sebesar Rp. 100.000/orang untuk orang Jepang dan Rp. 50.000/orang untuk
wisatawan bukan Jepang. Selain itu, ada paket untuk pengambilan video/rekaman
sebasar Rp. 400.000 dan foto pra-wedding Rp. 300.000. Harga yang terbilang
merogoh kocek yak untuk wisatawan lokal terlebih saya ini…. Hehehe. Mudah-mudahan
pengelola ataupun pemerintah memikirkan harga tiket masuk… Kalau bisa sih
sedikit dipotonglah… JJJ
Inilah jejak
peninggalan sejarah di Biak yang masih dapat disaksikan sebagai saksi sejarah
masa lalu. Jejak sejarah Perang Dunia Ke-II. Jejak sejarah pertempuran antara
Jepang dan Amerika. Jejak sejarah yang tak boleh dilupakan. Jejak sejarah yang
sudah menjadi bagian dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Jergen Peninggalan Tentara Jepang
Botol-botol
Foto upacara pembakaran tulang belulang
Selamat Hari
Pahlawan… Jangan lupakan sejarah dan pembuat sejarah, para pahlawan…
1 Comments
sebenarnya banyak sekali tempat pariwisata yang menarik di nusantara, tapi karena minimnya informasi jadi jarang diketahui oleh khalayak ramai..
ReplyDeletesip deh informasinya