Selain destinasi
wisata yang banyak dan tidak akan habisnya jika di eksplore, Toraja pun
memiliki adat istiadat yang patut untuk disaksikan, adat yang unik dan menarik
perhatian. Jika travelling ke Toraja tak ada salahnya untuk mencari informasi
ke orang atau internet soal pelaksanaan budaya yang akan digelar. Sambil anda
menikmati destinasi wisata, anda juga bisa belajar dan dapat menyaksikan secara
langsung, bukan hanya menonton di televisi. Adat istiadat Toraja tidak ada
kalahnya dengan daerah lain di Indonesia. Beberapa diantaranya memang sudah
sangat terkenal, seperti adat upacara kematian (Rambu Solo’) dan membersihkan
mayat (Ma’ Nene).
Ma' Pasilaga Tedong
Kali ini saya
akan bercerita tentang salah satu adat dalam rangkaian upacara Rambu Solo’,
yakni Adu Kerbau atau dalam Bahasa Toraja disebut Ma’ Pasilaga Tedong. Adat ini
memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Toraja. Adat yang sudah
dilaksanakan secara turun temurun. Dulunya biasa hanya dapat disaksikan saat
adanya Rambu Solo’ dan itupun tidak sembarang keluarga bisa melaksanakan, ada
jumlah kerbau bisa menjadi syarat untuk Ma’ Pasilaga Tedong. Tetapi sekarang
beberapa kegiatan dilaksanakan di Toraja khusus untuk adu kerbau.
Saya beruntung
saat liburan lebih tepatnya pulang kampung ke Toraja pada bulan
Desember-Januari tahun lalu. Ada salah satu tetangga kampung yang mengadakan
upacara kematian dan tak ketinggalan adu
kerbau. Kesempatan ini tidak saya
lewatkan begitu saya, harus ikut menyaksikan secara langsung, walaupun masa
kecil sudah pernah lihat. Lokasi adu kerbau di Bo’ne, Kelurahan Lemo, Kecamatan
Makale Utara, Tana Toraj. Pelaksanaannya 2 hari berturut, harus ikut full.
Dengan
menggunakan motor, hari pertama saya pergi bersama bapak saya (Petrus Simpan)
dan Rio, parkir motor di Gereja Toraja Jemaat Kambiolangi Pa’gasingan; hari
kedua bersama sepupu (Kurni) dan parkir di pinggir jalanan. Kemudian
melanjutkan dengan jalan kaki menelusuri deretan persawahan karena tidak
memungkinkan motor untuk bisa sampai di lokasi pelaksanaan.
Selama 2 hari
ketika sampai di lokasi, sungguh luar biasa sudah banyak masyarakat yang datang,
bukan hanya pria tetapi wanita, bukan hanya orang tua tetapi anak-anak pun ikut
menonton dengan antusias. Penonton duduk di beberapa tempat yang disedikan
keluarga, ada pula yang duduk di atas bukit karena takut jika kerbau lari,
bahkan ada yang berdiri berdekatan dengan arena adu kerbau. Bukan hanya
masyarakat sekitar tempat adu kerbau, tetapi beberapa masyarakat berasal dari
seantero daerah di Toraja, coba bayangkan bagiamana ramainya.
Penonton yang berdiri dekat arena
Kerbau yang
beradu bukan hanya kerbau yang disiapkan oleh keluarga. Tetapi beberapa kerbau
yang ikut adalah kerbau dari beberapa daerah di Toraja (Kab. Tana Toraja dan Kab. Toraja Utara) yang memang menjadi kerbau
petarung yang sudah melanglang buana ke berbagai tempat hanya untuk mengikuti
adu kerbau. Tempat ini menjadi ajang bagi orang yang empunya kerbau untuk
menunjukkan kepada masyarakat kekuatan kerbau mereka.
Kerbau yang
tampil, beberapa dari mereka mempunyai nama, seperti Angin Hitam, J-Punk,
Amuba, Batman, BTP dan beberapa nama lainnya. Jadi bukan hanya manusia yang
bernama, tetapi kerbau pun punya nama.
J-Punk versus Angin Hitam
Adu kerbau
dilaksanakan di persawahan yang sudah panen dan untuk menjaga keamanan, panitia
membuat sebuah arena yang dipagari dengan bambu dan kayu hanya dibuatkan dua
pintu sebagai tempat masuknya kerbau saat mau beradu. Adu kerbau dipimpin oleh seseorang
yang menentukan kerbau yang mana yang akan bertanding dan masuk ke dalam arena.
Kalah menangnya kerbau, dapat di lihat dari kerbau yang pertama kali keluar
dari arena saat kerbau sudah beradu adalah kerbau kalah, sedangkan kerbau yang
dapat bertahan di dalam arena merupakan pihak pemenang.
Kerbau yang
masuk ke dalam arena, biasanya ditemani oleh dua orang yang menjadi pengantar
sekaligus pemberi sembangat dan kata-kata kepada kerbau untuk tetap beradu. Tak
tau kata-kata apa yang keluar dari mulut merek, apakah kerbau mengerti…
Hahahaha Saat kerbau memasuki arena teriakan penonton pun mulai riuh mendukung para
kerbau.
Pengantar dan pemberi semangat kepada kerbau
Awalnya kerbau
yang masuk ke dalam arena belum menunjukkan akan beradu, mereka terlihat
malu-malu, saling mengendus, saling cuek, ada pula yang makan rumput dan sisa batang
padi yang ada di dalam arena. Tetapi jangan khawatir…… Lama-kelamaan kerbau pun
adu jotos dengan kepala dan tanduk saling menunjukkan kekuatan, saling menusuk
dan saling dorong-mendorong. Teriakan penonton semakin kencang ketika kerbau
sudah saling mengadu dan tak ada yang mau kalah. Pada akhirnya pasti ada yang
mengalah juga dengan berlari-lari mencari jalan keluar, ada yang keluar lewat
pintu dan ada juga yang keluar dengan menerobos pagar arena. Hasilnya beberapa
kerbau terlihat berdarah di bagian tubuh.
Masih malu-malu dan mencari makan
Saling mengendus
Mulai bertarung dan adu kekuatan
Akhirnya ada yang lari dan kalah
Walaupun
beberapa spanduk telah dipasang dengan tulisan “Dilarang Main Judi di Tempat
Ini” dan “Di Tempat Ini Hanya Adu Kerbau Bukan Tempat Berjudi” bahkan ada
tulisan pidana yang akan didapatkan “Bermain Judi Diancam Pasal 303 KUHP dengan
Pidana Penjara 4 Tahun”, tetapi semua ini tidak memiliki pengaruh kepada
beberapa penonton untuk tetap bermain judi. Ajang ini dijadikan sebagai lumbung
untuk mendapatkan uang, ada yang cuman puluhan ribu, ratusan ratusan sampai
jutaan rupiah.
Larangan bermain judi
Sanksi Pidana main judi
Adu Kerbau
menjadi identitas orang Toraja. Kerbau sebagai salah satu hewan yang memiliki
nilai dan berharga tinggi di Toraja. Bukan hanya untuk dijual, dibeli,
disembelih dan dimakan, tetapi kerbau menjadi budaya lewat Ma’ Pasilaga Tedong
alias Adu Kerbau. Adu Kerbau sebagai rangkaian upacara kematian memiliki makna
untuk memberi penghiburan kepada keluarga yang berduka dari keseruan kerbau
yang beradu dan teriakan dari penonton. Tetapi yang disayangkan sekarang, adu
kerbau pun menjadi ajang berjudi bagi beberapa orang yang memanfaatkan situasi
ini. Apakah juga sudah menjadi budaya adu kerbau diisi dengan adu judi ???. Ini
perlu diluruskan lagi dan berharap penonton yang datang hanya menikmati adu
kerbau tanpa menambah embel-embel judi….
10 Comments
Seruuu! tapi penjaganya apa nggak bahaya ya di samping kerbaunya gitu. Kalo kena tanduk?
ReplyDeleteMereka sudah biasa mbak, bisa dikata jadi pawanglah karena mereka juga yang rawat kerbau dari kasi makan sampai mandiin.. Paling lari menghindar klo kerbaunya mau macam2... Hehehe
Deletenah...meskipun dilarang pasti ada orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk berjudi...
ReplyDeleteItulah... Beberapa orang mencari kesempatan dalam kesempitan...
Deletemantap memang Toraja,,tiada tanding tiada banding..only one in the world
ReplyDeleteSudah pasti itu... One and Only One in the World
DeleteSeru dan menegangkan ya. Mas :)
ReplyDeleteLebih banyak seru.x mas... Hehehe...
DeleteAku kok malah kasihan ya. Apalagi kalau ada yang sampai berdarah-darah, walaupun mereka cuma hewan, tapi kasihan disuruh bertarung dan dijadikan tontonan. Tapi begitulah adat istiadat di tiap daerah beda2, terkadang bertolak belakang dengan hati nurani aku..
ReplyDeleteArtikelnya sangat menarik
ReplyDeleteSalam literasi,
walisongo.ac.id